Bisnis.com, JAKARTA – Dua emiten kawasan industri yakni PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) dan PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) cukup optimistis meraih target penjualan pada 2024. Stabilitas iklim investasi menjadi kunci dari keyakinan tersebut.
SSIA pada tahun ini menetapkan target penjualan lahan industri Suryacipta City of Industry maupun Subang Smartpolitan mencapai 184 hektare dengan nilai sekitar Rp2,6 triliun. Target ini dikerek dari sebelumnya yang hanya berkisar 65 hektare.
Sejalan dengan target tersebut, perseroan membidik pendapatan konsolidasi sepanjang tahun ini meningkat 23% year-on-year (YoY) menjadi Rp5,6 triliun. Sementara itu, laba bersih ditargetkan mencapai Rp500 atau tumbuh 182% secara tahunan.
Direktur Utama SSIA Johannes Suriadjaja menilai bisnis lahan industri cukup prospektif karena negara-negara di Asia Tenggara, khususnya Indonesia berpeluang menarik lebih banyak investasi di tengah melambatnya perekonomian China dan memanasnya konflik geopolitik.
“Oleh sebab itu, mereka [investor] ini sedang melihat untuk masuk ke dalam Asia Tenggara dalam mencari market baru juga,” ujarnya dalam Pubex Live 2024, Kamis (29/8/2024).
Di tengah peluang tersebut, Johannes mengatakan pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif guna mendorong laju industrialisasi di Indonesia. Dukungan dari pemerintahan baru menjadi penting untuk menangkap peluang ke depan.
Baca Juga
“Kami harapkan pemerintah baru ini juga mendukung, sebab kami yakin pada 2025 maupun sampai dengan 3 hingga 5 tahun ke depan pertumbuhan akan sangat baik,” tuturnya.
Manajemen SSIA memperkirakan penjualan lahan industri perseroan akan mengalami siklus peningkatan yang sebanding dengan periode 2010 – 2011.
VP Head of Investor Relations SSIA Erlin Budiman menyampaikan PT Suryacipta Swadaya (SCS) selaku pengelola kawasan industri perseroan, telah meraih penjualan pemasaran 132,4 hektare dengan nilai Rp1,55 triliun pada semester I/2024.
Perolehan tersebut, kata Erlin, meningkat signifikan dibandingkan realisasi pada semester I/2023 yang hanya meraih penjualan 1 hektare dengan nilai Rp18,1 miliar.
“Sebagian besar penjualan ini berasal dari penjualan lahan kepada BYD, dengan total 108 hektar. Pendirian pabrik kendaraan listrik [EV] oleh BYD di Subang Smartpolitan menandai langkah penting dalam mendorong mobilitas berkelanjutan di Indonesia,” ujarnya.
Di sisi lain, manajemen Puradelta Lestari selaku pengelola kawasan terpadu Kota Deltamas, juga optimistis mampu meraih target prapenjualan senilai Rp1,81 triliun pada tahun ini.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan DMAS Tondy Suwanto meyakini dapat meraih target tersebut seiring dengan tingginya permintaan lahan industri, serta iklim investasi yang semakin kondusif setelah perhelatan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Menurutnya, sebagian besar permintaan lahan industri perseroan berasal dari sektor industri pusat data alias data center. Oleh karena itu, DMAS akan meningkatkan fasilitas infrastruktur dan kemudahan akses guna mengakomodasi tingginya permintaan lahan industri.
Di samping itu, DMAS menghadapi penipisan cadangan lahan atau land bank yang sampai dengan akhir Juni mencapai 723 hektare. Tondy mengatakan bahwa perseroan akan menyerap belanja modal (capex) Rp1 triliun untuk menambah cadangan lahan.
“Sampai dengan akhir tahun ini capex Rp1 triliun untuk rencana land bank tetap menjadi fokus kami supaya going concern dari perusahaan akan berlanjut,” ucapnya dalam Pubex Live 2024 yang diselenggarakan pada Rabu (28/8/2024).
Dari sisi kinerja, sepanjang Januari – Juni 2024, DMAS membukukan laba bersih Rp803,27 miliar atau naik 33,90% dibandingkan perolehan tahun lalu yakni Rp599,88 miliar.
Kenaikan laba bersih perseroan didorong kinerja pendapatan usaha yang meraih Rp1,2 triliun, meningkat 24,35% YoY. Perolehan ini ditopang oleh segmen industri yang berkontribusi Rp1,1 triliun atau 95% dari total pendapatan.
Dihubungi terpisah, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta memandang prospek emiten kawasan industri dibayangi sejumlah katalis, seperti ekspektasi penurunan suku bunga hingga target investasi pemerintah yang dipatok Rp1.650 triliun.
“Target investasi pemerintah sangat penting dalam pengembangan kawasan industri, sehingga ke depannya sektor ini diharapkan bisa bertumbuh. Dan, secara fundamental, kinerja SSIA dan DMAS memiliki potensi dari sisi bottom line pada 2024,” kata Nafan.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.