Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan harga emas spot kembali memecahkan rekor harga tertinggi sepanjang masa pada Jumat (16/8/2024) seiring dengan pemangkasan suku bunga bank sentral AS, The Fed, yang makin dekat.
Dilansir dari Bloomberg, pergerakan harga emas di pasar spot menyentuh level US$2.500 per troy ounce untuk pertama kalinya.
Harga emas dilaporkan langsung tancap gas menyentuh US$2.500,16 per troy ounce pada sesi Jumat (16/8/2024). Posisi itu memecahkan rekor US$2.483,73 per troy ounce yang dibukukan pada Juli 2024.
Rekor harga emas sejalan dengan data pasar perumahan di Amerika Serikat (AS) yang mengecewakan. Laporan itu membuat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed akan segera terjadi dalam waktu dekat.
Sebagaimana diketahui, kondisi suku bunga yang lebih rendah berdampak positif terhadap pergerakan harga emas.
Harga emas telah naik lebih dari 20% pada periode berjalan 2024. Pergerakan logam mulia sejalan dengan optimisme terhadap kebijakan pelonggaran moneter dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral.
Baca Juga
Di sisi lain, permintaan terhadap emas meningkat seiring dengan memanasnya tensi geopolitik baik di Timur Tengah maupun konflik antara Rusia dan Ukraina.
Senior Market Strategist RJO Futures Bob Haberkorn menilai data perumahan AS yang mengecewakan menjadi indikator tambahan.
“Kondisi ini menjadi indikator bahwa resesi sedang terjadi. The Fed akan memangkas suku bunga dan melangkah lebih jauh dari apa yang diharapkan sebelumnya,” ujarnya dikutip dari Bloomberg, Jumat (16/8/2024).
Analis ANZ Group Holdings Ltd. Soni Kumari dan Daniel Hynes sebelumnya telah memprediksi komoditas emas akan mendapatkan keuntungan dari investasi strategis setelah The Fed mengeksekusi penurunan suku bunga. Sejalan dengan itu, mereka mengerek target harga emas menjadi US$2.550 per troy ounce pada 2024.
Dalam semua siklus pelonggaran di AS sejak tahun 1990, emas naik 5% hingga 6% setelah penurunan suku bunga,” tulis Tim Analis ANZ Group dikutip, Rabu (14/8/2024).
Sementara itu, Global Head of Commodity Strategy TD Securities Bart Malek menilai pergerakan harga emas yang kembali menanjak ditopang oleh kombinasi antara sentimen geopolitik dan penurunan suku bunga.
“[Sentimen tambahan] lebih sedikit tekanan dari pengetatan Bank of Japan,” ujarnya.