Bisnis.com, JAKARTA - Emiten telekomunikasi Grup Bakrie PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) yang sahamnya telah disuspensi selama 5 tahun merilis laporan keuangan semester I/2024. BTEL tercatat masih mencetak rugi sebesar Rp50,17 miliar pada semester I/2024.
BTEL membukukan pendapatan sebesar Rp68,5 miliar sepanjang semester I/2024. Pendapatan ini melesat 226,20% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp21,01 miliar.
Pendapatan ini didorong oleh pendapatan layanan infrastruktur media sebesar Rp57,5 miliar, pendapatan jasa telekomunikasi sebesar Rp2,83 miliar, pendapatan jasa periklanan digital Rp5,8 miliar, dan pendapatan jasa teknologi informasi senilai Rp2,3 miliar.
Bersamaan dengan naiknya pendapatan tersebut, BTEL mencetak beban pokok pendapatan senilai Rp32,5 miliar. Beban pokok pendapatan ini naik 162,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp812,4 miliar.
Hal tersebut membuat laba bruto BTEL naik hingga menjadi Rp35,9 miliar pada 6 bulan pertama 2024, dari Rp8,6 miliar pada semester I/2023.
Akan tetapi, karena tekanan biaya keuangan sebesar Rp44,9 miliar, emiten yang sempat memproduksi telepon genggam Esia ini menderita kerugian selama semester I/2024. Rugi BTEL bertambah menjadi Rp50,17 miliar, dari sebelumnya Rp44,3 miliar secara tahunan atau naik 13,11%.
Adapun hingga akhir semester I/2024, jumlah aset BTEL berkurang menjadi Rp59,5 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp60,2 miliar di akhir tahun 2023.
Total liabilitas BTEL adalah sebesar Rp5,98 triliun pada 6 bulan pertama 2024, dari Rp5,94 triliun sepanjang 2023. Pos utang yang diselesaikan melalui PKPU bertambah menjadi Rp5,06 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp5,02 triliun.
Defisiensi modal BTEL juga bertambah menjadi Rp5,92 triliun pada 30 Juni 2024, dari Rp5,88 triliun pada 31 Desember 2023.