Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Antam (ANTM) Pastikan JV Smelter HPAL Bareng Afiliasi CATL Rampung Tahun Depan

Bos Antam memastikan pembentukan joint venture pada sisi smelter nikel dengan Hong Kong CBL Limited (HKCBL) yang terafiliasi CATL akan rampung tahun depan.
Kantor Unit Bisnis Pertambangan Nikel PT Aneka Tambang Tbk. di Desa Buli, Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara./Bisnis-Akhirul Anwar
Kantor Unit Bisnis Pertambangan Nikel PT Aneka Tambang Tbk. di Desa Buli, Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara./Bisnis-Akhirul Anwar

Bisnis.com, JAKARTA — Pembentukan usaha patungan atau joint venture (JV) pada sisi smelter nikel antara PT Aneka Tambang Tbk. atau Antam (ANTM) dengan HongKong CBL Limited (HKCBL), anak usaha Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL), akan rampung tahun depan. Direktur Utama Antam Nico Kanter memastikan hal tersebut.  

Nico mengatakan perseroannya bersama dengan afiliasi Contemporary Amperex Technology Co. (CATL) itu telah memasuki tahap perundingan untuk peluang pendanaan proyek smelter tersebut. 

"Perusahaan dan mitra tengah menjajaki peluang mengenai pendanaan proyek ini," kata Nico kepada Bisnis.com dikutip, Rabu (7/8/2024). 

Rencananya, Antam bekerja sama dengan afiliasi CATL itu bakal membangun dua smelter yakni high pressure acid leaching (HPAL) dan rotary kiln electric furnace (RKEF). Komitmen investasi smelter itu menjadi bagian dari program usaha patungan baterai listrik Indonesia Battery Corporation (IBC).

Nico merencanakan sebagian pendanaan proyek smelter itu bakal dibiayai dari hasil divestasi anak usaha Antam kepada HKCBL sebesar Rp7,2 triliun

Adapun, Antam melepas 49% saham di anak usahanya PT Sumberdaya Arindo (SDA) kepada HKCBL. Nilai transaksi divestasi saham itu mencapai US$416,5 juta atau setara Rp6,42 triliun. Transaksi ini rampung pada 28 Desember 2023 lalu. 

Selain itu, Antam turut mendivestasikan 10% kepemilikan saham di anak usahanya PT Feni Haltim (FHT) kepada HKCBL senilai Rp130,2 miliar. 

Pada saat bersamaan, anak usaha ANTM, yakni PT International Mineral Capital (IMC) juga melepas seluruh sahamnya di FHT dengan nilai Rp614,50 miliar ke HKCBL.  

Dengan demikian, total dua transaksi SDA-HKCBL, serta FHT-Antam dan FHT-IMC mencapai Rp7,20 triliun yang siap dialihkan untuk pendanaan proyek smelter. 

"Baik yang secara langsung dengan Antam maupun secara tidak langsung melalui IBC, akan menggunakan hasil divestasi aset kepada CBL," kata Nico.

Sementara itu, Nico mengatakan, perseroannya telah menyiapkan tambang di sisi hulu lewat PT Sumberdaya Arindo (SDA) dan kawasan industri serta pabrik pengolahan lewat PT Feni Haltim (FHT).

Kinerja Semester I/2024 

Sebelumnya, berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, Antam mencatatkan total penjualan sebesar Rp23,18 triliun sepanjang semester I/2024. Penjualan tersebut naik 7,05% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp21,66 triliun.  

Penjualan ANTM ditopang oleh produk emas sebesar Rp18,82 triliun bijih nikel sebesar Rp1,9 triliun, feronikel sebesar Rp1,52 triliun, alumina sebesar Rp724,94 miliar, dan perak sebesar Rp34,80 miliar. Adapun pendapatan jasa pemurnian logam mulia adalah sebesar Rp98,18 miliar. 

Sejalan dengan kenaikan penjualan, beban pokok ANTM juga ikut meningkat menjadi Rp21,18 triliun. Beban ini tumbuh 21,61% dibandingkan dengan periode semester I.2023 yang tercatat sebesar Rp12,42 triliun. 

Alhasil, laba kotor ikut tergerus 52,75% menjadi sebesar Rp2 triliun, padahal periode yang sama tahun lalu ANTM mencatatkan laba kotor sebesar Rp4,24 triliun. 

Meski demikian, ANTM memperoleh laba selisih kurs sebesar Rp576 miliar, penghasilan lain-lain sebesar Rp70,51 miliar, dan penghasilan keuangan sebesar Rp277,95 miliar. 

Setelah diakumulasikan dengan beban dan pos lainnya, ANTM mencatatkan penurunan laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk menjadi sebesar Rp1,55 triliun. 

Laba tersebut lebih rendah 17,95% dibandingkan dengan periode semester I/2023 yang sebesar Rp1,88 triliun.  

Di sisi lain, ANTM mencatatkan total liabilitas sebesar Rp9,49 triliun per Juni 2024. Secara terperinci, liabilitas jangka pendek sebesar Rp6,74 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp2,74 triliun.  Sementara itu, total ekuitas tercatat sebesar Rp29,69 triliun dengan total aset mencapai Rp39,18 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper