Bisnis.com, JAKARTA - Harga Bitcoin mengalami tekanan pada Senin (5/8/2024) akibat gelombang penghindaran risiko di pasar global. Aset digital terbesar tersebut mencatat kerugian mingguan terberatnya sejak runtuhnya bursa FTX pada tahun 2022.
Melansir Bloomberg pada Senin (5/8/2024) harga Bitcoin sempat anjlok lebih dari 10% sebelum memangkas sebagian penurunannya hingga diperdagangkan pada harga US$54.333 pada pukul 9.17 pagi di Singapura.
Pada pukul 12.21 WIB, harga bitcoin anjlok 13,2% dalam 24 jam terakhir dan 24,4 dalam sepekan ke level US$52,647.89, berdasarkan data Coingecko.
Sementara itu, token lain seperti Ether dan Dogecoin yang menjadi favorit banyak orang juga mengalami kerugian besar.
Exchange traded funds (ETF) yang diperdagangkan di bursa Bitcoin AS tercatat mengalami arus dana keluar (outflow) terbesar dalam sekitar tiga bulan pada tanggal 2 Agustus. Aset digital tersebut juga telah jatuh melewati harga rata-rata pergerakan 200 harinya.
Penurunan harga Bitcoin terjadi saat aksi jual saham global meningkat. Hal ini mencerminkan kekhawatiran tentang prospek ekonomi dan pertanyaan tentang apakah investasi besar-besaran dalam kecerdasan buatan akan sesuai dengan harapan seputar teknologi tersebut.
Baca Juga
Selain itu, meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah turut menambah keresahan investor.
Analis Pasar IG Australia Pty, Tony Sycamore menyebut, pola grafik teknis harga Bitcoin terakhir membuka jalan bagi koreksi yang lebih dalam menuju level $54.000.
Bitcoin telah diguncang oleh berbagai faktor sejak mencapai rekor $73.798 pada Maret 2024, termasuk perubahan peruntungan politik di AS saat Donald Trump dari Partai Republik yang pro-kripto dan lawannya dari Partai Demokrat Wakil Presiden Kamala Harris — yang belum merinci sikap kebijakan aset digital — berselisih dalam pemilihan presiden.
Sentimen lain yang juga membayangi pasar adalah kemungkinan penjualan Bitcoin yang disita oleh pemerintah dan risiko kelebihan pasokan dari token yang dikembalikan ke kreditor melalui proses kebangkrutan.
Pedagang obligasi telah memperkuat taruhan pada pemotongan suku bunga AS yang dimulai pada bulan September untuk mendukung ekspansi ekonomi.
Kepala strategi aset digital di Fundstrat Global Advisors LLC Sean Farrell mengatakan pergolakan baru-baru ini di pasar tradisional meningkatkan kemungkinan adanya kebijakan moneter yang lebih longgar. Dia menyebut, ini merupakan hal yang baik untuk pasar kripto.
Adapun, laju kenaikan harga Bitcoin tahun ini telah melambat menjadi sekitar 25%, dibandingkan dengan kenaikan 18% pada emas dan lonjakan 9% pada pengukur saham global.