Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian besar emiten-emiten berkapitalisasi pasar jumbo atau Big Caps telah melaporkan kinerja semester I/2024. Analis melihat beberapa saham tersebut dapat menopang pergerakan IHSG di semester II/2024.
Head of Investor Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menjelaskan 10 saham-saham Big Caps ini datang dari berbagai macam sektor. Secara keseluruhan, lanjutnya, ekspektasi kondisi makro Indonesia tahun ini secara umum memang menantang.
"Akan sangat baik jika pertumbuhan ekonomi bisa bertahan di atas 5%. Dari IHSG kami menargetkan level 7.585, dan untuk level saat ini masih ada potensi kenaikan," ucap Martha, Senin (5/8/2024).
Martha mencermati, top 10 saham Big Caps IHSG masih didominasi oleh saham perbankan. Apabila pelaku pasar mengharapkan IHSG akan membaik di tengah kondisi berbagai macam isu, maka saham perbankan menjadi salah satu pilihan.
Sementara itu, saham-saham lain seperti BREN, AMMN, dan TPIA yang menjadi emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua hingga keempat, menurutnya telah memiliki valuasi yang mahal. Martha menuturkan hingga semester I/2024, BREN memiliki pertumbuhan kinerja yang biasa saja, lalu TPIA mencatatkan penurunan kinerja, dan AMMN mencetak peningkatan kinerja, tetapi dengan valuasi yang sudah mahal.
Sementara itu, saham energi yang ada di dalam daftar Top 10 Big Caps ini yaitu BYAN dan DSSA memiliki likuiditas yang kurang.
Baca Juga
Martha menyebut dengan kondisi market yang seperti saat ini, pelaku pasar dapat melirik saham-saham yang berkinerja cukup bagus di kuartal II/2024. Salah satunya adalah PT Astra International Tbk. (ASII) yang penurunan kinerjanya tidak separah yang diperkirakan.
"ASII masuk rekomendasi, begitu juga BBCA dan BMRI yang cukup bagus kinerjanya," tutur Martha.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, dari 10 emiten Big Caps di Bursa, sebanyak empat emiten mengalami penurunan laba bersih, dengan lima emiten mengalami peningkatan laba bersih. Sementara itu, satu emiten yakni PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) diketahui belum melaporkan kinerja keuangannya untuk semester I/2024.
AMMN menjadi emiten dengan pertumbuhan kinerja tertinggi, yakni 300,03% di semester I/2024. AMMN mencetak laba bersih yang setara dengan Rp7,79 triliun di paruh pertama 2024.
Sementara itu, TPIA menjadi emiten dengan kinerja terendah. TPIA mencatatkan kerugian yang setara dengan Rp778,12 miliar, membengkak hingga 7.999% secara tahunan atau year on year (yoy).
Di sisi lain, emiten-emiten yang menjadi rekomendasi Mirae Asset Sekuritas seperti ASII membukukan penurunan laba bersih 0,12% menjadi Rp15,85 triliun, BMRI mencetak kenaikan laba bersih 5,23% menjadi Rp26,55 triliun, dan BBCA membukukan laba bersih Rp26,9 triliun atau naik 11,10% secara tahunan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.