Bisnis, JAKARTA — Harga emas diperkirakan terus naik pada pekan depan, didorong oleh beberapa faktor fundamental. Namun, investor perlu tetap waspada terhadap perkembangan terbaru dan volatilitas pasar.
Ramalan terkait harga emas menjadi salah satu berita pilihan yang dirangkum dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Minggu (4/8/2024). Sejumlah berita menarik lainnya turut dihadirkan dari dapur redaksi untuk pembaca. Berikut selengkapnya.
1. Ramalan Berlanjut Naiknya Harga Emas
Sejumlah katalis memengaruhi harga emas, salah satunya adalah potensi penurunan suku bunga Bank Sentral AS The Fed. Mengacu data Bloomberg, Sabtu (3/8/2024), harga emas di pasar spot ditutup melemah 0,12% ke level US$2.443,24 per troy ounce pada perdagangan Jumat (2/8/2024). Sepanjang pekan ini, harga emas mencatatkan penguatan sekitar 2,27%.
Selanjutnya, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 ditutup melemah 0,44% ke level US$2.469,80 per troy ounce dan mencatatkan penguatan sekitar 1,88% dalam sepekan.
Analis Komoditas Lukman Leong mengatakan harga emas diperkirakan berpotensi mencapai target baru akhir tahun di US$2.700, berkaca pada kondisi pasar saat ini. Selain itu, eskalasi konflik di Timur Tengah dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global turut mempengaruhi harga emas.
Baca Juga
Pada pekan depan investor masih akan terus memantau perkembangan konflik di Timur Tengah, serta data ekonomi, PMI service China dan AS. Tak hanya itu, harga emas global juga dipengaruhi sentimen pertemuan Reserve Bank of Australia (RBA) pada 5 sampai 6 Agustus 2024, serta neraca perdagangan dan inflasi China.
2. Kondisi Bank hingga Fintech di Tengah Ketidakpastian Global
Stabilitas sektor keuangan nasional terjaga didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, profil risiko yang terkelola, hingga kinerja jasa keuangan yang relatif baik. Meski begitu, ketidakpastian ekonomi global masih perlu diwaspadai.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan bahwa di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global, kinerja industri perbankan per Juni 2024 terhitung stabil.
Kondisi ini didukung oleh tingkat permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) Perbankan yang tinggi sebesar 26,18%. Kemudian, kinerja intermediasi terjaga baik dengan kredit tumbuh 12,36% YoY atau sebesar Rp7.478 triliun didorong oleh kredit investasi yang mencapai 15,09% YoY.
Sejalan dengan itu, pertumbuhan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang juga tumbuh menjadi 8,45% YoY atau sebesar Rp8.722 triliun, dengan giro yang menjadi kontributor terbesar yaitu tumbuh 13,48% YoY.
3. Habis-habisan Astra (ASII) Pakai Belanja Modal
PT Astra International Tbk. (ASII) telah menggunakan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp9 triliun pada semester I/2024. Perseroan telah menyiapkan Rp32 triliun untuk modal usaha sepanjang tahun ini.
Head of Investor Relations ASII Tira Ardianti mengatakan bahwa belanja modal paling banyak dialokasikan untuk menunjang lini bisnis pertambangan dan alat berat yang dimotori oleh Grup United Tractor (UNTR).
Tira menjelaskan bahwa Grup Astra akan memaksimalkan capex hingga akhir tahun. Dana itu akan dibelanjakan berdasarkan kebutuhan serta melihat dinamika pasar. Sementara itu, untuk penggunaan anggaran investasi, ASII juga akan bergantung pada kesiapan proyek-proyek yang tengah dijalankan oleh perseroan.
Mengacu laporan keuangan di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), laba bersih ASII turun 9,12% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp15,85 triliun pada semester I/2024, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp17,44 triliun.
4. Siasat Artajasa Cs Kala Mesin Jumlah ATM Kian Susut
Tren penyusutan jumlah mesin fisik ATM berlanjut di sejumlah kelompok bank.Bagaimana nasib Artajasa Cs selaku industri penyedia ATM?
Direktur Utama Artajasa Armand Hermawan menilai potensi bisnis ATM masih memiliki prospek positif, mengingat peredaran uang kartal di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya.
Kendati ada pergeseran menuju transaksi digital, termasuk dengan adanya penerbitan mata uang rupiah digital bank sentral atau Central Bank Digital Currency (CBDC), permintaan untuk uang tunai sendiri tetaplah tinggi.
Dia menyebutkan, mesin ATM untuk kegiatan tarik tunai masih mendominasi transaksi, disusul oleh transfer, pengecekan saldo dan yang terakhir melakukan pembayaran.
Berdasarkan data Analisis Perkembangan Uang Beredar (M2) yang rilis Bank Indonesia per Juni 2024, uang kartal yang beredar di masyarakat mencapai Rp958,6 triliun, naik Rp24,5 triliun dari bulan Mei 2024. Secara tahunan, angka ini naik 9% YoY dari periode yang sama tahun lalu yakni Rp879,8 triliun.
5. Kinerja Negatif Emiten Sasaran Boikot Israel
Lima emiten ditengarai menjadi sasaran boikot publik setelah dituding mendukung langkah Israel. PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST), PT Sarimelati Kencana Tbk. (PZZA), PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB), PT. Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI), dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).
FAST menjadi emiten yang paling buruk kinerjanya. Rugi perusahaan yang mengoperasikan gerai Kentucky Fried Chicken (KFC) di Indonesia ini membengkak 6.169% menjadi minus Rp348.830 miliar dibandingkan periode 6 bulan pertama 2023 yang rugi Rp5,56 miliar.
Melonjaknya rugi FAST didorong oleh turunnya penjualan sebesar 20,48% secara tahunan (YoY) menjadi Rp2,48 triliun, dari periode sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp3,11 triliun.
Secara terperinci berdasarkan segmen, penjualan FAST ditopang oleh makanan dan minuman Rp2,45 triliun, komisi atas konsinyasi Rp10,46 miliar, dan jasa layanan antar Rp956,79 miliar. Lalu, bagaimana nasib emiten lainnya?