Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Samudera Indonesia (SMDR) Ungkap Biang Kerok Penurunan Kinerja Keuangan

Bos Samudera Indonesia (SMDR) buka-bukaan soal penyebab penurunan kinerja keuangan pada semester I/2024.
Jajaran Direksi PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) dalam paparan publik tahun buku 2023, Rabu (26/6/2024). RUPST SMDR memutuskan membagikan dividen final sebesar Rp12 per saham. /Bisnis-Artha Adventy.
Jajaran Direksi PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) dalam paparan publik tahun buku 2023, Rabu (26/6/2024). RUPST SMDR memutuskan membagikan dividen final sebesar Rp12 per saham. /Bisnis-Artha Adventy.

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pelayaran PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) mengungkap faktor penyebab penurunan kinerja keuangan semester I/2024.

Direktur Utama Samudera Indonesia Bani M. Mulia menjelaskan penyebab turunnya kinerja keuangan SMDR sepanjang semester I/2024 masih disebabkan oleh tingkat biaya pengapalan yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2023 dan 2022. 

“Memang downtrend freight rate yang sudah terjadi dari tahun lalu dampaknya masih terlihat dan terasa di semester ini,” ujarnya dalam paparan kinerja semester I, Selasa (30/7/2024). 

Kendati demikian, Bani menjelaskan kondisi downtrend sudah terlihat berbalik arah sejak Maret 2024 lalu, namun belum terlalu berdampak pada SMDR karena freight rate yang berlaku masih menggunakan kontrak yang lama. 

Dia juga mengklaim perbaikan tingkat biaya pengapalan akan berdampak positif ke depan. 

“Saat ini masih ada freight rate yang masih terikat kontrak sebelumnya, tentu [kenaikan freight rate] dampak kenaikannya akan terlihat ke depan,” jelasnya. 

Bani mengklaim sepanjang semester II/2024 nanti pihaknya optimis terhadap kinerja SMDR karena kenaikan freight rate tersebut. 

Seperti yang diketahui, SMDR mencatatkan penurunan laba bersih hingga 53,44% ke posisi US$22,50 juta setara Rp368,86 miliar semester I/2024 (kurs jisdor Rp16.394). 

Laba yang anjlok tersebut sejalan dengan pendapatan yang turun menjadi sebesar US$323,90 juta atau setara dengan Rp5,31 triliun. Pendapatan tersebut turun dibandingkan dengan periode tahun lalu sebesar US$394,26 juta.

Pendapatan tersebut ditopang oleh pendapatan uang tambang sebesar US$196,04 juta, kemudian pendapatan jasa dari keagenan dan pelabuhan sebesar US$50,48 juta, pendapatan jasa penanganan peralatan peti kemas dan muatan sebesar US$36,50 juta pendapatan sewa kapal sebesar US$24,57 juta dan lain lain sebesar US$16,29 juta. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper