Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah ke Level Rp16.319 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (30/7/2024).
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank KEB Hana Indonesia (Hana Bank) di Jakarta, Kamis (25/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank KEB Hana Indonesia (Hana Bank) di Jakarta, Kamis (25/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Selasa (30/7/2024). Rupiah dibuka melemah pada level Rp16.319 per dolar AS bersama mata uang Asia lainnya.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,23% atau 38 poin ke level Rp16.319. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,06% ke level 104,62.

Sementara itu, beberapa mata uang kawasan Asia Pasifik juga dibuka melemah. Mata uang tersebut adalah yen Jepang yang turun 0,01%, dolar Hong Kong turun 0,01%, won Korea Selatan turun 0,01%, dan yuan China melemah 0,06%.

Mata uang lainnya yang dibuka melemah adalah rupee India melemah 0,01%, ringgit Malaysia turun 0,12%, dolar Singapura turun 0,06%, dan baht Thailand yang dibuka melemah 0,04%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah akan ditutup melemah pada rentang Rp16.270-Rp16.340 per dolar AS hari ini.

Sentimen menurutnya datang dari meningkatnya spekulasi atas pemotongan suku bunga, menyusul beberapa tanda menggembirakan dari data indeks harga PCE minggu lalu, yang merupakan pengukur inflasi pilihan Fed. 

Kondisi tersebut menjadi perhatian pasar pada pekan ini. Sementara bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, sinyal apa pun mengenai rencananya untuk memangkas suku bunga akan diawasi dengan ketat. 

Menurut CME Fedwatch Tools, para pedagang hampir sepenuhnya memperkirakan pemangkasan 25 basis poin pada bulan September.

Selain itu, kekhawatiran akan melambatnya pemulihan ekonomi Tiongkok, menyusul serangkaian pembacaan yang lemah sepanjang Juli, memicu aksi jual yang berkepanjangan di pasar Tiongkok. 

Ketidakpastian politik AS juga membebani pasar Tiongkok, terutama dengan investor yang tidak yakin tentang bagaimana pemerintahan AS berikutnya akan memperlakukan Beijing. 

“Fokus minggu ini adalah pada data indeks manajer pembelian utama dari negara tersebut untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk mengenai aktivitas bisnis,” kata Ibrahim.  

Sementara itu dari internal, pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun 2024 diperkirakan hanya akan bergerak stabil di level 5,1%. Adapun pada kuartal I 2024 ekonomi RI tumbuh 5,11%. 

Ekspansi fiskal yang kuat, pembelanjaan terkait pemilu, dan investasi kemungkinan besar akan menjaga pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di atas 5% tahun ini.

---------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper