Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah negara di Afrika dilaporkan tengah bergegas memperkuat cadangan emas mereka sebagai lindung nilai untuk menghadapi ketegangan geopolitik yang telah berdampak terhadap nilai tukar dan inflasi.
Dalam laporan Bloomberg Rabu (24/7/2024), negara-negara seperti Sudan Selatan, Zimbabwe, dan Nigeria disebut tengah mengambil langkah untuk memperkuat cadangan emas. Kebijakan itu mengikuti manuver bank sentral negara lain seperti China dan India.
Sebagaimana diketahui, bank sentral China dan India telah mengumpulkan cadangan emas. Strategi itu sebagai bagian dari diversifikasi dan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.
Berdasarkan survei World Gold Council, terdapat sekitar 20 bank sentral yang akan meningkatkan cadangan dalam tahun mendatang.
“Sebagai strategi diversifikasi, langkah itu masuk akal,” ujar Kepala Strategi Makro FIM Partners Charlie Robertson.
Adapun, harga emas telah reli 16% tahun ini ke US$2.396,59 per troy ounce pada Senin (22/7/2204).
Baca Juga
Gubernur Bank Sentral Sudan Selatan James Alic Garang kembali menegaskan rencananya untuk memperkuat cadangan pada akhir pekan lalu. Strategi itu dengan menambah sumber daya alam lain seperti emas.
“Kami masuk tahap penyiapan dokumen kebijakan dan mempelajari contoh-contohnya negara lain dan pelajaran yang bisa diambil,” katanya.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, harga emas dilaporkan rebound pada penutupan perdagangan Selasa (24/7/2024), di tengah penurunan imbal hasil obligasi AS, karena pasar menunggu data ekonomi terbaru untuk menetralisir keputusan Presiden AS Joe Biden mengakhiri upayanya untuk terpilih kembali.
Mengutip Reuters, harga emas spot naik 0,43% menjadi US$2,407.87 per ounce. Sementara emas berjangka AS ditutup naik 0,43% menjadi US$2,402.40 per ounce.
Sebelumnya, pada Senin (22/7/2024), harga emas menurun ke level terendah dalam satu minggu karena penguatan dolar. Penurunan juga terjadi karena para pedagang merenungkan keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mundur dari pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Biden mengungkapkan bahwa dia akan menyelesaikan jabatannya dan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris sebagai calon penggantinya. Namun, dia masih harus mengamankan nominasi resmi di Konvensi Nasional Demokrat pada bulan depan.
Menurut ahli strategi komoditas TD Securities, Daniel Ghali, ketidakpastian baru ini meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven, sementara pembalikan dari perdagangan Trump dapat memicu aktivitas jual tambahan.
Peluang Trump memenangkan pemilihan AS telah menurun sejak Biden mengumumkan pengunduran dirinya. Namun, Trump menjadi unggulan utama. Nantinya, jika Trump berhasil, pemerintahannya bisa melepaskan kekuatan bullish dan bearish pada emas.
Misalnya, kemungkinan kebijakan pemotongan pajak, tarif, dan bea bisa mendorong inflasi dan memaksa The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih dari yang seharusnya. Suku bunga yang lebih tinggi biasanya berdampak negatif bagi emas.
Namun, Trump juga telah memberi sinyal preferensi untuk melemahkan dolar, yang berpotensi menguntungkan komoditas, termasuk emas, yang dihargai dalam mata uang tersebut.