Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas bergerak variatif kala para investor berusaha untuk mencerna di tengah memanasnya pemilihan presiden (Pilpres) AS, sedangkan batu bara melemah dan minyak mentah menguat
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (24/7/2024) harga emas di pasar spot melemah 0,01% ke level US$2.409,28 per troy ounce pada pukul 07.27 WIB.
Kemudian, harga emas Comex kontrak Desember 2024 menguat 0,11% ke level US$2.457,90 per troy ounce pada pukul 07.16 WIB.
Mengutip Reuters, India telah memangkas bea masuk impor emas dan perak pada Selasa (23/7). Menurut pejabat industri, langkah ini dapat meningkatkan permintaan ritel dan membantu mengurangi penyelundupan di konsumen emas batangan terbesar kedua di dunia.
Permintaan yang lebih tinggi terhadap emas dari India dapat meningkatkan harga global, meskipun hal ini dapat memperlebar defisit perdagangan India dan memberi tekanan pada rupee yang sedang melemah.
"Ini adalah langkah besar ke arah yang benar, karena akan mengurangi insentif untuk penyelundupan emas. Ini akan menciptakan lapangan bermain yang setara bagi para pemangku kepentingan industri yang jujur," pungkas CEO operasi World Gold Council di India, Sachin Jain.
Baca Juga
Adapun pada Senin (22/7) harga emas mengalami penurunan karena dolar yang menguat dan para pedagang yang menunggu lebih banyak data ekonomi AS dan komentar pejabat Federal Reserve (The Fed)
Mitra pengelola CPM Group, Jeffrey Christian, melihat bahwa pasar emas sedang sepi karena sedang menunggu untuk melihat apa sebenarnya arti perubahan dalam pencalonan partai demokrat bagi pemilihan umum, negara, dan dunia secara keseluruhan.
Harga Batu Bara
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak September 2024 di ICE Newcastle melemah 0,90% ke level US$138,40 per metrik ton pada penutupan perdagangan Selasa (23/7). Kemudian, kontrak Agustus 2024 juga melemah 0,86% ke level US$138,20 per metrik ton.
Mengutip ETEnergyWorld, berdasarkan survei ekonomi 2024-2025, penerapan teknologi gasifikasi di India dapat merevolusi sektor batu bara, mengurangi ketegangan pada impor gas alam, metanol, amonia, dan produk penting lainnya sekaligus mengurangi emisi.
Adapun, survei ini diajukan pada Senin (22/7) di Parlemen oleh Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman menjelang Anggaran Penuh, yang dijadwalkan akan diajukan pada 23 Juli 2024.
Mengutip Reuters, Kepala Eksekutif JSW Steel Jayant Acharya mengatakan bahwa Industri baja India sedang berunding dengan pemerintahan federal mengenai langkah-langkah perdagangan untuk memerangi impor, khususnya dari China dan Vietnam.
Acharya kemudian mengatakan bahwa pasar internasional kini “tidak bersemangat”, sementara permintaan di India “sangat kuat”.
Mengutip E&E News dari POLITICO, meskipun pemenang pemilu November nanti tidak menentukan nasib akhir batu bara, presiden berikutnya dapat memengaruhi berapa lama batu bara bertahan sebagai sumber energi di dunia yang dibatasi oleh iklim.
“Pemilu benar-benar penting, dan cukup jelas bahwa pemerintahan Biden bukanlah sahabat batu bara,” jelas mantan pejabat Departemen Energi selama pemerintahan Trump, Steven Winberg.
Adapun pemerintahan Trump yang baru dikatakan dapat membuat perbedaan pada sektor baru bara, dengan mendukung peraturan dan ketentuan yang membantu menjaga pembangkit listrik yang sudah ada tetap beroperasi lebih lama.