Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas rebound pada penutupan perdagangan Selasa (24/7/2024), di tengah penurunan imbal hasil obligasi AS, karena pasar menunggu data ekonomi terbaru untuk menetralisir keputusan Presiden AS Joe Biden mengakhiri upayanya untuk terpilih kembali.
Mengutip Reuters, harga emas spot naik 0,43% menjadi US$2,407.87 per ounce. Sementara emas berjangka AS ditutup naik 0,43% menjadi US$2,402.40 per ounce.
Sebelumnya, pada Senin (22/7/2024), harga emas menurun ke level terendah dalam satu minggu karena penguatan dolar. Penurunan juga terjadi karena para pedagang merenungkan keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mundur dari pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Biden mengungkapkan bahwa dia akan menyelesaikan jabatannya dan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris sebagai calon penggantinya. Namun, dia masih harus mengamankan nominasi resmi di Konvensi Nasional Demokrat pada bulan depan.
Menurut ahli strategi komoditas TD Securities, Daniel Ghali, ketidakpastian baru ini meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven, sementara pembalikan dari perdagangan Trump dapat memicu aktivitas jual tambahan.
Peluang Trump memenangkan pemilihan AS telah menurun sejak Biden mengumumkan pengunduran dirinya. Namun, Trump menjadi unggulan utama. Nantinya, jika Trump berhasil, pemerintahannya bisa melepaskan kekuatan bullish dan bearish pada emas.
Baca Juga
Misalnya, kemungkinan kebijakan pemotongan pajak, tarif, dan bea bisa mendorong inflasi dan memaksa The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih dari yang seharusnya. Suku bunga yang lebih tinggi biasanya berdampak negatif bagi emas.
Namun, Trump juga telah memberi sinyal preferensi untuk melemahkan dolar, yang berpotensi menguntungkan komoditas, termasuk emas, yang dihargai dalam mata uang tersebut.
Analis StoneX Rhona O'Connell dalam catatannya juga mengatakan masih terlalu dini untuk mengambil posisi strategis apapun.
“Jangka panjang mungkin lebih menguntungkan bagi emas jika Trump ada di Gedung Putih," Jelasnya, dikutip dari Reuters pada Selasa (23/7/2024).
Menurutnya, Trump akan bersifat inflasioner dan berpotensi menimbulkan gejolak dalam konteks geopolitik. Sementara itu, kebijakan luar negeri Harris belum jelas sehingga menguntungkan emas untuk saat ini, tetapi mungkin tidak dalam jangka panjang.
Sementara itu, impor emas China juga anjlok pada bulan lalu. China telah memangkas suku bunga secara mendadak dalam upayanya untuk mendorong pertumbuhan setelah kurangnya stimulus jangka pendek.
Kini, pasar sedang mengamati data produk domestik bruto (PDB) AS untuk kuartal II/2024 pada Kamis waktu setempat (25/7) serta data pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) pada Jumat (26/7).
Menurut data Fedwatch CME, pasar sepenuhnya memperhitungkan pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bps) pada September 2024.
Sebagi infromasi, Indeks pengeluaran konsumsi pribadi inti AS, ukuran inflasi pilihan Federal Reserve, akan dirilis pada hari Jumat. Di tengah penantian tersebut, imbal hasil obligasi acuan 10 tahun AS turun 0,9 basis poin menjadi 4,251%.
“Pasar berada pada tahap tunjukkan uangnya, di mana yang terpenting adalah pendapatan yang dihasilkan,” kata Wasif Latif, kepala investasi di Sarmaya Partners.