Bisnis.com, JAKARTA — Investor kawakan Lo Kheng Hong mengungkapkan rencana setelah mendapatkan jatah pembagian dividen PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL).
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang dikutip Rabu (24/7/2024), Lo Kheng Hong masih menjadi salah satu pemegang saham GJTL dengan kepemilikan terbesar.
Tercatat, Pak Lo memegang 181,18 juta lembar atau 5,2% saham GJTL sampai dengan Senin (22/7/2024). Dengan asumsi kepemilikan tersebut, jatah dividen yang diperoleh sekitar Rp9,05 miliar.
Berdasarkan jadwal, agenda pembagian dividen Gajah Tunggal untuk kinerja tahun buku 2023 akan segera memasuki periode pembayaran pada Jumat (26/7/2024).
Para pemegang saham GJTL yang berhak termasuk Lo Kheng Hong akan mendapatkan total guyuran dividen senilai Rp174,22 miliar atau Rp50 per lembar.
Ketika dimintai konfirmasi soal rencana belanja saham setelah mendapatkan dividen Gajah Tunggal, Lo Kheng Hong mengungkapkan saat ini belum memiliki rencana.
Baca Juga
“Belum ada rencana [belanja saham],” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (24/7/2024).
Adapun, Lo Kheng Hong mengatakan masih mencari saham yang sesuai dengan kriterianya.
“Masih menunggu perusahaan bagus, harga murah,” jelasnya.
Untuk diketahui, Lo Kheng Hong memiliki pendekatan nilai price-earning ratio (PER) dan price-to-book ratio (PBV) rendah dalam berburu saham.
Pak Lo, sapaan akrabnya, menyebut pengukuran menggunakan pendekatan PER dan PBV sebagai cara menilai saham harga murah dengan valuasi sederhana dalam berbagai kesempatan.
Bahkan, Lo Kheng Hong kerap menganalogikan saham-saham tersebut layaknya Mercedes-Benz atau Mercy yang dijual seharga bajaj.
Pria yang dijuluki Warren Buffett Indonesia itu menilai pada dasarnya prinsip value investing di mana membeli saham perusahaan yang harga pasarnya jauh daripada nilai intrinsik perusahaan.
"Artinya ketika saya mendapatkan Mercy dijual dengan harga Avanza tentu saya akan membeli tentu itu metode yang sederhana," jelasnya.
Menurutnya, kejadian Mercy dijual dengan harga Avanza di dunia nyata hampir tidak mungkin ditemui tetapi kejadian ini masih banyak ditemui di pasar saham.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.