Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stok AS Terkikis, Harga Minyak Mentah Memanas

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2024 menguat 0,70% menjadi US$83,43 per barel pada pukul 13.03 WIB.
Ilustrasi harga minyak mentah. Dok Bloomberg
Ilustrasi harga minyak mentah. Dok Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak menguat pada perdagangan Kamis setelah persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) mencatat penurunan mingguan ketiga berturut-turut. 

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (18/7/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2024 menguat 0,70% menjadi US$83,43 per barel pada pukul 13.03 WIB. 

Sementara itu, kontrak minyak mentah Brent untuk pengiriman September 2024 juga menguat 0,45% menjadi US$85,46 per barel.

Harga minyak mentah WTI telah diperdagangkan mendekati US$83 per barel. Minyak mentah Brent juga diperdagangkan di atas US$85 per barel setelah naik 1,6% pada Rabu (17/7/2024). 

Persediaan nasional telah menyusut 4,87 juta barel pada minggu lalu, ke level terendah sejak Februari 2024. Meskipun persediaan biasanya menurun pada saat ini, persediaan tersebut berada di bawah rata-rata musiman lima tahun. 

Harga minyak mentah tetap tinggi sepanjang tahun ini, dibantu oleh pemangkasan pasokan OPEC+ yang mengimbangi peningkatan produksi dari negara-negara diluar organisasi. 

Ekspektasi terhadap kebijakan moneter AS yang lebih longgar juga membantu harga minyak mentah, baik dengan meningkatkan minat terhadap aset berisiko maupun melemahkan dolar AS. 

Adapun dolar AS yang lebih murah membuat komoditas yang diharapkan dalam mata uang tersebut menjadi lebih menarik bagi sebagian besar pembeli. 

Analis pasar senior di perusahaan pialang Phillip Nova Pte, Priyanka Sachdeva, mengatakan bahwa harga minyak berjangka berakhir dengan penurunan beruntun karena koreksi substansial dalam dolar AS mendukung harga minyak. 

Selain itu, menurutnya penurunan persediaan Negeri Paman Sam yang lebih besar dari yang diantisipasi, merupakan tanda permintaan yang kuat dan mengalahkan kekhawatiran soal pertumbuhan ekonomi China. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper