Bisnis.com, JAKARTA - Walaupun dalam posisi mengalami penurunan, tren harga minyak telah stabil setelah pelemahan tiga hari karena estimasi industri menunjukkan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) berkurang. Hal ini melawan kekhawatiran mengenai prospek permintaan yang lesu di China.
Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (17/7/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2024 melemah 0,25% menjadi US$80,56 per barel pada pukul 08.26 WIB.
Sementara itu, kontrak minyak mentah Brent untuk pengiriman September 2024 juga melemah 0,25% menjadi US$83,52 per barel pada pukul 08.27 WIB.
Harga WTI telah mendekati US$81 per barel, kemudian minyak mentah Brent diperdagangkan di bawah US$84 per barel. American Petroleum Institute (API) melaporkan, menurut orang-orang yang mengetahui angka-angka tersebut, menuturkan bahwa stok minyak mentah AS menyusut 4,4 juta barel pada minggu lalu.
Adapun, data inventaris resmi akan dirilis pada Rabu malam (17/7/2024) dan jika dikonfirmasi, akan menjadi penurunan ketiga berturut-turut, yakni penurunan terpanjang sejak September 2024.
Kemudian, harga minyak mentah juga tetap berada pada level tinggi sepanjang tahun setelah OPEC+ mengekang pasokan, walaupun harga telah turun dari puncaknya pada awal bulan ini karena tanda-tanda permintaan yang buruk di China.
Baca Juga
China mencatat pertumbuhan paling lambat dalam lima kuartal dalam kuartal II/2024. Badan Energi Internasional (EIA) juga menggantung ekspektasinya pada pertumbuhan permintaan minyak yang lebih lemah dari perlambatan China.
Di lain sisi, Rusia berencana untuk melakukan pemangkasan produksi minyak mentah tambahan di musim hangat tahun ini dan tahun depan. Menurut sumber yang mengetahui, hal ini dilakukan untuk mengganti kelebihan produksi di atas kuota OPEC+.
Rusia juga melewatkan tenggat waktu untuk menyampaikan jadwal kompensasi kepada sekretariat kartel paling lambat 30 Juni 2024. Namun, menurut sumber tersebut, Rusia bermaksud untuk segera menerbitkannya.
Analis ANZ Bank Daniel Hynes, kemudian menuturkan bahwa dolar AS yang lebih kuat juga membebani harga minyak. Indeks dolar sedikit lebih tinggi untuk tiga sesi berturut-turut pada Rabu (17/7) membuat minyak lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lainnya.
Kemudian, analis Growmark Energi, menuturkan bahwa meningkatnya risiko geopolitik membantu membatasi penurunan harga minyak.
Pusat Informasi Maritim Gabungan Laut Merah dan Teluk Aden (JMIC) pada Selasa (16/7) menuturkan bahwa sebuah kapal tanker minyak berbendera Liberia tengah menilai kerusakan dan menyelidiki potensi tumpahan minyak, setelah diserang oleh Houthi Yaman di Laut Merah.