Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian BUMN memberikan update terkait tiga proyek PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) yakni Proyek Bahodopi, Proyek Pomala dan Proyek Sorowako. Ketiga proyek itu merupakan bagian dari upaya hilirisasi yang dicanangkan pemerintah.
Vale yang 20% sahamnya dimiliki oleh pemerintah melalui PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) sejauh ini telah melakukan groundbreaking untuk ketiga proyek tersebut. Mengutip data Kementerian BUMN berikut ini update ketiga proyek Vale tersebut.
Proyek Bahodopi
Proyek Bahodopi merupakan proyek pertambangan dan pengolahan nikel rendah karbon terintegrasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Groundbreaking proyek ini telah dilakukan pada 10 Februari 2023 lalu.
Dalam perkembangan terbaru Kementerian BUMN menyebutkan pengembangan proyek untuk pabrik pengolahan sedang dalam kaji ulang untuk mencari strategi yang lebih baik dalam segi ekonomi.
"BOC telah menyetujui untuk melanjutkan rekomendasi SteerCo," tulis Kementerian BUMN pada materi paparan yang diterima Bisnis, Jumat (12/7/2024).
Untuk kelanjutan Proyek Bahodopi, tulis Kementerian BUMN, ialah dengan pemilihan mitra, studi kelayakan, dan penilaian risiko terhadap teknologi HPAL dan/atau RKSBF yang diusulkan.
Baca Juga
Kementerian BUMN menjelaskan INCO akan memiliki 100% tambang yang diperkirakan akan menghasilkan setara dengan 42.000 ton per tahun nikel dalam feronikel. Adapun, dalam proyek ini Vale memiliki 49% plant ownership dengan mitra strategis yakni Tisco dan Xinhai.
Untuk menyegarkan ingatan, pada keterangan resmi ketika groundbreaking Proyek Bahadopi, Vale menjelaskan bahwa smelter yang akan dibangun di Sambalagi akan menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Didukung sumber listrik dari gas alam, akan menjadi pabrik yang andal, hemat energi, dan ramah lingkungan.
Pembangkit listrik gas alam akan menjadi kontributor utama untuk mengurangi emisi karbon dari keseluruhan operasi proyek ini. Pengurangan emisi karbon telah menjadi bagian dari peta jalan keberlanjutan PT Vale, dengan target pengurangan emisi karbon hingga 33% pada tahun 2030.
PT Vale dan mitra mengalokasikan total biaya investasi hingga Rp37,5 triliun dengan kapasitas produksi 73.000 ton per tahun.
Proyek Pomala
Kementerian BUMN menjelaskan untuk Proyek Pomala, Vale dan Huayou telah menandatangani FCA2 untuk pengembangkan fasilitas pengolahan HPAL3 dengan kapasitas hingga 120.000 ton per tahun. Ford telah memutuskan untuk bergabung dalam kemitraan ini.
Vale akan memiliki 100% tambang, yang diperkirakan akan menyediakan semua bijih untuk pabrik pengolahan selama kurang lebih 20 tahun pertama.
Pada penandantangan Framework Cooperation Agreement (FCA) pada April 2022 lalu, Vale Indonesia menjelaskan bahwa Huayou akan membangun dan melaksanakan Proyek HPAL Pomalaa, dan Vale akan memiliki hak untuk mengakuisisi hingga 30% saham.
Produk akhir berupa Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan potensi kapasitas produksi hingga mencapai 120.000 metrik ton nikel per tahun.
Kedua perusahaan juga bersepakat meminimalkan jejak karbon proyek dan untuk tidak menggunakan pembangkit listrik tenaga batubara captive sebagai sumber listrik dalam bentuk apapun di proyek ini. Nilai investasi untuk tambang dan fasilitas HPAL mencapai US$4,5 miliar.
Proyek Sorowako HPAL
Untuk Proyek Sorowako HPAL, Kementerian BUMN menjelaskan Vale dan Huayou telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama Definitif untuk mengembangkan fasilitas pengolahan HPAL dengan kapasitas 60 ribu ton per tahun.
"PTVI akan menjual bijih limonit yang sebelumnya akan dibuang dari kegiatan penambangan saat ini di operasi Sorowako," tulis Kementerian BUMN.
Untuk proyek ini nilai investasi yang mencapai US$2 miliar di mana Vale memiliki 30% saham pada plant ownership dan 100% untuk tambang.
----------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.