Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Jago Tbk. (ARTO) diterpa kasus adanya pembobolan rekening terblokir oleh eks karyawannya. Saat kasus ini dirilis pihak kepolisian, saham ARTO pun jeblok.
Berdasarkan data RTI Business, harga saham ARTO pada perdagangan kemarin lusa, Rabu (10/7/2024) ditutup turun 3,39% ke level Rp2.280. Harga saham ARTO pun bertahan di level Rp2.280 pada penutupan perdagangan Kamis (11/7/2024).
Adapun, harga saham ARTO turun 1,3% dalam sepekan perdagangan terakhir. ARTO masih di zona merah atau mencatatkan penurunan harga saham 21,38% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).
Anjloknya harga saham ARTO itu terjadi seiring dengan mencuatnya kasus pembobolan rekening terblokir oleh eks karyawan Bank Jago.
Sebagaimana diketahui, pelapor selaku kuasa korban menerangkan bahwa pada sekitar 18 Maret 2023 sampai dengan 31 Oktober 2023, telah terjadi dugaan penyalahgunaan hak akses pada sistem yang dimiliki Bank Jago.
Diduga terlapor telah melakukan buka akun yang sudah di blokir sebanyak 112 akun atau rekening, setelah itu dana yang berada di akun atau rekening tersebut dipindahkan ke rekening penampung yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu.
Baca Juga
“Atas kejadian tersebut korban [Bank Jago] telah dirugikan kurang lebih sebesar Rp. 1.397.280.711,” tulis Ditreskrimsus Polda Metro Jaya dalam keterangannya, Rabu (10/7/2024).
Meski begitu, Corporate Communication Bank Jago Marchelo mengatakan keamanan dana dan data nasabah merupakan prioritas utama perseroan. Bahkan, manajemen menyampaikan kasus ini terungkap dari hasil manajemen risiko internal Bank Jago.
“Untuk itu kami menerapkan proses manajemen risiko dan strategi anti-fraud sebagai langkah mitigasi atas tindakan penyimpangan yang dilakukan pihak internal maupun eksternal,” ujarnya.
Proyeksi Saham ARTO
Adapun, Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, Leonardo Lijuwardi mengatakan harga saham bank digital seperti Bank Jago mengalami masa performa yang tertekan pada tahun ini. Sebab, bank digital masih dalam masa pengembangan bisnis. Sebagian bank juga masih perlu untuk membentuk biaya provisi yang tinggi.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga mengatakan harga saham bank-bank digital sulit untuk berkinerja positif sepanjang 2024. Alasannya, reli harga saham bank digital biasanya dipengaruhi oleh tren.
"Ini harus menanti sentimen positif dari adanya aksi korporasi emiten misalnya untuk meningkatkan likuiditas juga kinerja keuangan," tuturnya kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.
Inflow atau aliran masuk ke bank-bank digital juga kalah dan belum begitu unggul dibandingkan bank-bank lain.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani juga mengatakan valuasi saham bank-bank digital kurang menarik bagi investor. Bank digital juga kalah persaingan dengan emiten bank lain terutama big caps yang memiliki fundamental serta valuasi jauh lebih menarik.
"Investor lebih milih investasi ke saham perbankan besar dibandingkan bank digital," ujarnya.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.