Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bitcoin Cs Ambrol Lagi, Aksi Profit Taking Jadi Biang Keladi

Aksi profit taking disinyalir menjadi penyebab harga Bitcoin melemah ke kisaran US$60.000.
Warga beraktivitas di dekat logo mata uang kripto di Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Warga beraktivitas di dekat logo mata uang kripto di Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Anjloknya harga aset kripto terutama Bitcoin setelah menyentuh level tertinggi disinyalir akibat maraknya aksi profit taking dari segelintir investor di tengah sentimen yang masih diliputi ketidakpastian.

Berdasarkan data Coingecko pada Rabu (3/7/2024), harga Bitcoin terpantau melemah 3,2% ke level US$60.332,02 pada pukul 21.31 WIB. Dalam 24 jam terakhir, Bitcoin berfluktuasi dalam kisaran US$59.712,55 hingga US$62.288,90.

Analisis Lembaga Edukasi Kripto Pintu Academy menggambarkan bahwa aksi profit-taking membuat harga Bitcoin (BTC) kembali mundur ke kisaran US$60.000 setelah sebelumnya sempat memulai tren pemulihan pada awal Juli 2024.

Indikator potensi pemburukan perekonomian Amerika Serikat (AS) dari data pengeluaran rumah tangga dan ketenagakerjaan AS, serta keraguan The Fed untuk segera memangkas suku bunga, mendorong sebagian investor kripto lebih mempertimbangkan aksi jual untuk merealisasikan keuntungan. 

Selain itu, gejolak pasar juga dipicu fenomena Black Swan akibat efek pembayaran ganti rugi bursa kripto asal Jepang, MT.GOX kepada para penggunanya yang menjadi korban peristiwa peretasan yang terjadi 10 tahun silam. 

Sekadar info, MT.GOX yang berdiri pada 2010 sempat menjadi platform jual-beli aset kripto populer di dunia. Namun, MT.GOX terkena peretasan berupa pencurian aset BTC pengguna maupun perusahaan pada 2014, sehingga menyatakan bangkut di tahun yang sama.

Beruntung, platform ini masih punya cadangan BTC di dompet lama. Oleh sebab itu, beberapa tahun kemudian MT.GOX memutuskan akan membayar ganti rugi kepada para korban terdampak, baik dalam bentuk tunai, maupun dalam bentuk BTC dan Bitcoin Cash (BCH) secara bertahap mulai Juli 2024.

Akibat keputusan ini, pasokan BTC dan BCH pun berpotensi membludak karena mayoritas para korban MT.GOX dipercaya akan langsung mencairkan asetnya, sehingga memicu terjadi penurunan harga.

"Aksi profit-taking jangka pendek perlu diwaspadai, karena dapat memperlambat pemulihan. Apabila BTC kembali turun dari titik support US$60.150, maka titik support pertama adalah US$58.500. Kalau turun lagi, maka berpotensi kembali ke kisaran US$56.500," tulis Tim Pintu Academy dalam analisis mingguannya, dikutip Rabu (3/7/2024).

Sementara untuk pasar altcoin, kinerja belum pulih sepenuhnya seiring banyaknya sentimen bearish untuk sebagian besar altcoin populer, terutama Ether (ETH), Solana (SOL), dan Ripple XRP.

"Padahal, investasi aset kripto tengah semakin populer di Indonesia. Menurut Badan Berjangka Perdagangan Komoditi Indonesia atau Bappebti per Mei 2024, investor aset kripto sudah mencapai 20 juta, terpaut jauh dari investor saham yang hanya 12,4 juta. Tentu diperlukan edukasi agar mereka mampu meminimalkan risiko investasi di tengah kondisi terkini," tambahnya.

Tim Pintu Academy menyarankan investor kripto memiliki tujuan dan prioritas investasi yang jelas, baik untuk jangka pendek, menengah, maupun panjang, ketika memutuskan masuk pasar kripto di tengah kondisi yang begitu fluktuatif. 

"Gunakan kerangka SMART alias specific, measurable, achievable, relevant, time-based untuk menentukan target. Selain itu, gunakan juga uang dingin untuk investasi kripto di tengah kondisi terkini. Investasikan sejumlah uang yang tidak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari untuk menghindari risiko besar," ujarnya.

Selain itu, pahami tingkat risiko dari setiap instrumen investasi dan sesuaikan dengan kondisi finansial, kemudian pilih instrumen yang sesuai dengan toleransi risiko.

Tentukan juga profil investasi, apakah ingin jadi investor aktif atau pasif. Investor aktif perlu waktu dan usaha lebih untuk mempelajari aset, sedangkan investor pasif bisa memilih aset yang lebih stabil.

"Jangan lupa juga diversifikasi, sebar investasi ke beberapa jenis aset untuk mengurangi risiko. Ini bisa dilakukan dengan menyebar dana ke berbagai jenis instrumen atau berbagai aset dalam satu jenis instrumen. Dalam berinvestasi pada aset kripto, penting untuk selalu mengambil keuntungan dan waspada terhadap FOMO atau fear of missing out, dan fenomena FUD atau fear, uncertainty, and doubt," tutup Tim Pintu Academy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper