Bisnis.com, JAKARTA - Sentimen negatif tengah membanjiri pasar kripto pekan ini, terutama potensi banjir pasokan akibat aksi jual Bitcoin (BTC) dan Ether (ETH) dari beberapa pihak yang akan memicu tren penurunan harga.
Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha menjelaskan bahwa beberapa sentimen negatif membuat kapitalisasi pasar kripto hari ini turun sekitar 18% dari level tertinggi tahunan yang sempat mencapai US$2.721 triliun pada medio Maret 2024.
"Saat ini, harga BTC turun 18,14% dari harga tertinggi sepanjang masa atau all time high di US$73.750. Sementara ETH juga turun sebesar 18,15% dari harga tertinggi tahunan US$4.093," ujar Panji dalam keterangan resmi, Selasa (24/6/2024).
Beberapa sentimen negatif itu, antara lain berasal dari aksi jual para penambang BTC karena pendapatannya tergerus setelah peristiwa Halving Bitcoin, aksi profit taking investor kripto jangka panjang, dan aksi jual dari para pemegang koin berstatus Crypto Whale seperti pemerintah Jerman yang mencuat baru-baru ini.
"Misalnya, keputusan terbaru para penambang untuk melepaskan kepemilikan mereka berkaitan dengan penurunan pendapatan setelah peristiwa halving. Dengan menurunnya biaya transaksi dan tetap tingginya hash rate jaringan, pendapatan penambang terus mengalami penurunan selama beberapa bulan terakhir," jelasnya.
Selain itu, ada kemungkinan gejolak pasar yang dipicu Black Swan, seperti efek pembayaran ganti rugi bursa kripto asal Jepang, MT.GOX kepada para penggunanya yang terdampak peristiwa peretasan yang terjadi 10 tahun silam.
Baca Juga
Sekadar info, MT.GOX yang berdiri pada 2010 sempat menjadi platform jual-beli aset kripto populer di dunia. Namun, MT.GOX terkena peretasan berupa pencurian aset BTC pengguna maupun perusahaan pada 2014, sehingga menyatakan bangkut di tahun yang sama.
Beruntung, platform ini masih punya cadangan BTC di dompet lama. Oleh sebab itu, beberapa tahun kemudian MT.GOX memutuskan akan membayar ganti rugi kepada para korban terdampak, baik dalam bentuk tunai, maupun dalam bentuk BTC dan sebagian Bitcoin Cash (BCH).
"Mereka mengumumkan akan memulai pembayaran BTC dan BCH kepada krediturnya mulai pada bulan Juli nanti. Sehingga menimbulkan kekhawatiran adanya potensi lonjakan pasokan BTC dan BCH ke pasar," ungkap Panji.
Sentimen The Fed dan ETF Bitcoin
Adapun, sentimen positif dari kondisi ekonomi riil buat pasar kripto pun belum juga datang. Misalnya, dengan tingkat inflasi Amerika Serikat (AS) yang masih belum sesuai target, tentu memengaruhi ekspektasi pasar mengenai kebijakan moneter The Fed, sehingga berdampak pada penilaian risiko aset di pasar kripto.
Terbukti, perdagangan ETF Bitcoin Spot pekan lalu ditutup dengan arus keluar sebesar US$544,1 juta. Mencerminkan bahwa investor institusi tengah berhati-hati terhadap volatilitas pasar, sehingga menyesuaikan posisi mereka untuk produk-produk investasi terkait Bitcoin.
Investor dipercaya akan memantau data PDB AS kuartal I/2024, data Kepercayaan Konsumen beberapa negara di bulan Mei 2024, serta data Personal Consumption Expenditures (PCE) AS yang akan dirilis dalam waktu dekat.
"Jika data PCE lebih tinggi dari ekspektasi pasar, hal ini dapat menyebabkan penurunan harga kripto. Tapi jika data PCE lebih rendah dari ekspektasi pasar, ini dapat meningkatkan harga kripto karena investor berharap suku bunga tetap rendah, meningkatkan likuiditas dan kepercayaan untuk berinvestasi dalam aset berisiko seperti kripto," ungkapnya.
Melihat aspek-aspek tersebut, Ajaib Kripto memproyeksi BTC akan bertahan di titik support US$60.000, dan berpotensi menunjukkan penguatan terbatas menuju US$62.000. Namun, jika kembali melemah hingga gagal bertahan di atas support US$60.000, BTC dapat turun ke area support berikutnya di level US$57.000.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual aset kripto. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.