Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah Variatif, Volatilitas Brent Capai Titik Terendah dalam Enam Tahun

Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus 2024 menguat 0,07% atau 0,06 poin ke level US$85,13 per barel, pada pukul 07.05 WIB.
Ilustrasi harga minyak mentah. Dok Bloomberg
Ilustrasi harga minyak mentah. Dok Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah melemah tipis setelah sesi volume yang rendah selama liburan Amerika Serikat (AS). Salah satu ukuran volatilitas juga menurun ke level terendah dalam beberapa tahun. 

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (20/6/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2024 melemah 0,33% atau 0,27 poin ke level US$81,30 per barel pada pukul 06.00 WIB.

Kemudian, kontrak minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus 2024 menguat 0,07% atau 0,06 poin ke level US$85,13 per barel, pada pukul 07.05 WIB. 

Harga minyak mentah mengikuti pergerakan ekuitas dalam beberapa sesi terakhir, dengan pasar saham akhirnya kehilangan tenaga. Akhir-akhir ini harga minyak juga tidak banyak bergerak, dan menyebabkan volatilitas Brent mencapai titik terendah dalam enam tahun. 

Harga minyak mentah masih berada di jalur kenaikan bulanan, usai OPEC+ memperpanjang pengurangan pasokan dan mengatakan bahwa rencana pengembalian barel selanjutnya akan bergantung pada kondisi pasar.

Para pedagang juga memantau prospek permintaan, dengan kilang-kilang di Asia mengembalikan sebagian kapasitasnya setelah pemeliharaan, meskipun margin penyulingan buruk.

Sebelumnya, harga minyak merosot pada Rabu (19/5) setelah mencapai level tertinggi dalam tujuh minggu. Penurunan ini terjadi karena optimisme permintaan pada musim panas dan kekhawatiran atas meningkatnya konflik, mengimbangi laporan industri, yang menuturkan bahwa persediaan minyak mentah AS meningkat secara tak terduga. 

"Gambaran saat ini menyajikan gambaran yang mengecewakan namun ada tanda-tanda positif yang menunjukkan prospek yang lebih optimis," jelas  Tamas Varga dari pialang minyak PVM, dikutip dari ReutersKamis (20/6).

Diketahui di Timur Tengah, Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz, memperingatkan kemungkinan "perang habis-habisan" dengan Hizbullah Lebanon. Perang yang meningkat berisiko menimbulkan gangguan pasokan di wilayah penghasil minyak.

"Potensi eskalasi ketegangan di Timur Tengah menambahkan beberapa risiko pasokan pada persamaan permintaan minyak," jelas  kepala strategi komoditas di TD Bank, Bart Melek, dikutip dari Reuters. 

Ia juga menambahkan bahwa data ekonomi AS baru-baru ini mendukung spekulasi bahwa The Fed akan bergerak ke arah pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper