Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah Berbalik ke Zona Merah Setelah Reli Seminggu

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2024 juga melemah 0,11% atau 0,09 poin ke level US$80,24 per barel pada pukul 12.56 WIB.
Ilustrasi harga minyak mentah. Dok Bloomberg
Ilustrasi harga minyak mentah. Dok Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah mengalami penyesuaian setelah mempertahankan kenaikan terbesarnya dalam seminggu. Pekan lalu harga minyak menerima sentimen risk-on di pasar yang lebih luas menutupi prospek minyak mentah yang beragam. 

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (18/6/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2024 juga melemah 0,11% atau 0,09 poin ke level US$80,24 per barel pada pukul 12.56 WIB.

Kemudian, kontrak minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli 2024 juga melemah 0,09% atau 0,08 poin ke level US$84,17 per barel.

Minyak mentah WTI diperdagangkan di atas US$80 per barel setelah naik 2,4% pada Senin (17/6) sementara Brent ditutup di atas US$84 per barel. 

Pasar ekuitas mengalami penurunan, dengan indeks S&P 500 mencapai rekor ke-30 tahun ini walaupun Federal Reserve (The Fed) mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada 2024. Optimisme di pasar yang lebih luas membantu minyak mentah untuk bergerak lebih tinggi.

Harga minyak juga telah meningkat pada Juni 2024, mengurangi penurunan kuartalan karena OPEC+ setuju untuk memperpanjang pengurangan pasokan dan selanjutnya keputusan akan bergantung pada kondisi pasar. 

Permintaan di Asia juga tampak sedikit melemah, dengan tanda-tanda konsumsi bensin yang lebih rendah di India dan aktivitas penyulingan di China yang lebih lambat. 

Selain itu, data dari China pada Senin (17/6) menunjukan aktivitas industri berekspansi kurang dari yang diharapkan.

“Prospek permintaan bahan bakar yang kuat pada kuartal mendatang dan jaminan Saudi mengenai kenaikan suku bunga pada bulan Oktober akan bergantung pada kondisi yang ada dan menambahkan fokus pada pelanggar kuota untuk menurunkan produksi dan menyesuaikannya, semuanya tampaknya mendukung,” jelas Ole Hansen dari Saxo Bank, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (17/6).

Analis AEGIS Hedging juga menuturkan bahwa harga minyak didukung oleh meningkatnya premi risiko geopolitik. 

Kekhawatiran perang Timur Tengah yang lebih luas juga masih ada, setelah pada Minggu (16/6) militer Israel menuturkan peningkatan serangan lintas batas dari Hizbullah Lebanon ke Israel dapat memicu eskalasi yang serius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper