Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Anjlok ke Rp16.430 saat Bank Indonesia Tahan Suku Bunga

Usai BI menetapkan untuk menahan suku bunga, kurs rupiah hari ini ditutup anjlok ke Rp16.430 per dolar AS.
Potret uang pecahan Rp100.000 dan Rp50.000. - Bloomberg/Brent Lewin
Potret uang pecahan Rp100.000 dan Rp50.000. - Bloomberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah hari ini ditutup melemah ke Rp16.430 per dolar AS setelah Bank Indonesia mengumumkan menahan suku bunga di level 6,25%. 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan turun 0,40% atau 65 poin ke posisi Rp16.430 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar terpantau naik 0,24% ke posisi 105,132. 

Mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,19%, dolar Singapura turun 0,14%, won korea melemah 0,22%, peso Filipina melemah 0,03%, rupee India turun 0,13%, yuan China melemah 0,05%, ringgit Malaysia melemah 0,06% dan baht Thailand melemah 0,20%. 

Adapun mata uang uang mampu menguat hanya dolar Hong Kong sebesar 0,03%. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah kini sudah menembus level Rp16.430. Sementara itu kebijakan makro prudential dan sistem pembayaran tetap progrowth dukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.

Pelemahan rupiah terjadi sesaat setelah Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 20—21 Juni 2024. Sedangkan suku bunga Deposit Facility naik ke posisi 5,50% dan suku bunga Lending Facility sebesar 7%.

Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter pro stabilitas sebagian langkah preemptive dan forward looking untuk pastikan inflasi sesuai sasaran 2,5 plus minus 1% pada 2024 dan 2025. 

"Kebijakan ini, akan didukung dengan penguatan operasi moneter untuk memperkuat efektivitas stabilitas rupiah dan masuknya aliran modal asing," kata Ibrahim, dikutip Kamis (20/6/2024). 

Alasan mempertahankan suku bunga, karena BI memperkirakan ekonomi global tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, yakni mencapai 3,2 persen pada 2024, lebih tinggi dari perkiraan awal terutama dengan lebih baiknya pertumbuhan ekonomi di India dan Tiongkok. Walaupun ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi di tengah prospek perekonomian dunia yang lebih kuat.

Sementara itu, para pedagang menunggu lebih banyak petunjuk kebijakan AS, sementara Bank of England akan melakukan pertemuan, di mana suku bunga diperkirakan tidak berubah. Selain BoE, investor juga akan mengamati keputusan bank sentral Swiss dan Norwegia pada hari Kamis untuk menentukan prospek suku bunga global. 

Data pada hari Rabu menunjukkan inflasi Inggris kembali ke target 2% untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun pada bulan Mei, namun tekanan harga yang kuat mengesampingkan penurunan suku bunga menjelang pemilu bulan depan. 

Pada perdagangan besok, Jumat (21/6/2024) rupiah diproyeksikan fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.420—16.500 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper