Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Terlemah Kedua di Asean, Kapan Bisa Rebound?

IHSG jelang akhir semester I/2024 masih cenderung melemah di tengah aksi jual investor asing dan pelemahan rupiah.
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022).  Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jelang akhir semester I/2024 masih cenderung melemah di tengah aksi jual investor asing. Bahkan, di pasar saham Asia Tenggara (Asean) IHSG menempati urutan kedua terbawah dibandingkan bursa lainnya.

Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) per Jumat (14/6/2024), IHSG berada di level 6.734,83, tercatat melemah 7,40% sepanjang tahun 2024 berjalan. Selain itu iHSG kembali menyentuh angka terendahnya di tahun 2024.

Disisi lain, catatan perdagangan menyebutkan investor asing berbalik net sell Rp8,56 triliun sepanjang tahun 2024. Padahal investor asing sempat mencatatkan net buy sebeser Rp28,25 triliun pada bulan Maret 2024 lalu.

IHSG pun menjadi indeks saham terlemah kedua di Asean, di bawah Bursa Thailand yang beda tipis melemah 7,70% sepanjang tahun 2024.

Sedangkan di atas IHSG bursa Filipina yang masih melemah 1,03% di sepanjang tahun 2024 berjalan. Selain itu bursa Vietnam berhasil memimpin pasar perdagangan Asean dengan kenaikan 15,19% sepanjang 2024.

Pada pasar Asia Pasifik, atau diantara negara Asia lainnya, Indonesia menempati posisi ke- 12 atau kedua terlemah. Sedangkan bursa Taiwan masih menjadi pengendali Pasar Asia dengan berhasil mencatatkan kenaikan 25,51% sepanjang tahun 2024.

Chief Economist of BCA Group David Sumual menyampaikan pelemahan IHSG tak lepas dari Langkah investor asing yang cenderung melakukan aksi jual saham di Indonesia dalam beberapa Waktu belakangan. Hal ini merupakan strategi pemindahan dana investor tersebut ke negara lain dengan valuasi yang lebih menarik.

"Misalnya ke China yang valuasinya dianggap sudah atraktif, setelah sell off tahun sebelumnya. Bursa India juga yang bobot MSCI-nya juga merangkak naik, apalagi Pemilunya juga relatif sukses," paparnya kepada Bisnis.

IHSG Terlemah Kedua di Asean, Kapan Bisa Rebound?

David juga mengomentari pandangan Morgan Stanley soal outlook underweight terhadap pasar saham Indonesia. Menurutnya aksi investor asing temporer dan hanya keputusan taktis sementara.

Potensi Rebound

Menurut David kondisi tersebut bisa berbalik jika Federal Reserve menurunkan suku bunga acuan, yang diprediksi baru dilakukan pada kuartal IV/2024. Proyeksi penurunan suku bunga The Fed bergeser karena ekonomi Amerika Serikat yang kuat dan inflasi belum mencapai target The Fed.

"Kondisinya bisa berbalik jika The Fed pangkas suku bunga, mungkin paling cepat kuartal IV/2024. Rupiah juga bisa rebound," imbuhnya.

Nilai tukar rupiah pada akhir pekan kemarin, Jumat (14/6/2024) jatuh ke level terlemah sejak April 2020. Sebagai pengingat, kala itu Indonesia baru saja dihantam pandemi Covid-19.

Pada pekan ini, pasar menantikan keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 20 Juni 2024, pelaku pasar memprediksi BI rate ditahan di level 6,25%. Namun, pergerakan rupiah pekan depan juga relatif terbatas mengingat ada libur Iduladha pada 17 dan 18 Juni 2024.

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (14/6/2024), rupiah menutup perdagangan dengan turun 0,87% atau setara 142 poin ke posisi Rp16.412 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar terpantau naik 0,34% ke level 105,55.

Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan, apa yang terjadi dengan IHSG saat ini berkiblat kepada AS, terutama kebijakan moneter The Fed yang masih bernada hawkish. 

Tak hanya itu, menurutnya pasar saham Indonesia kehilangan daya tariknya di mata investor asing, tecermin dari aksi jual neto (net sell) sebesar Rp8,56 triliun di pasar saham, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Jumat (14/6).

“Apa yang terjadi di dunia keuangan saat ini, termasuk juga IHSG di Indonesia, semuanya itu berkiblat kepada AS. Investor asing sekarang enggan untuk investasi di emerging market, termasuk juga Indonesia,” jelas Liza dalam diskusi virtual yang digelar oleh Indonesia Investment Education pada Sabtu (15/6/2024).

(Fasya Kalak Muhammad)

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper