Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Rebound, Ditutup Naik ke Rp16.270 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat ke posisi Rp16.270 per dolar AS setelah The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga di level 5,25%-5,50%
Ilustrasi mata uang berbagai negara di dunia, antara lain dolar AS, rupiah, yen, dan yuan. Dok Freepik
Ilustrasi mata uang berbagai negara di dunia, antara lain dolar AS, rupiah, yen, dan yuan. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup menguat ke posisi Rp16.270 per dolar AS setelah The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga di level 5,25%-5,50% pada pertemuan Rabu malam.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menutup perdagangan hari ini dengan kenaikan sebesar 0,15% atau 24 poin ke posisi Rp16.270 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar melemah 0,23% ke posisi 104,375. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,34%, dolar Hong Kong dan dolar Singapura kompak melemah masing-masing 0,01% dan 0,14%. Kemudian yuan China melemah 0,16%. 

Adapun mata uang yang menguat bersama dolar AS adalah won Korea naik 0,16%, peso Filipina naik 0,01%, rupee India menguat 0,01%, ringgit Malaysia naik 0,21% dan baht Thailand naik 0,03%. 

Sebelumnya, rapat FOMC bulan Juni ini, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan, Federal Funds Rate (FFR), tidak berubah pada kisaran target 5,25% - 5,50%. The Fed telah mengindikasikan bahwa Fed tidak akan menurunkan FFR hingga Fed memiliki keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2%. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan sejauh tahun ini, menurut The Fed, data belum memberikan tingkat kepercayaan tersebut. Meskipun data inflasi dalam beberapa bulan terakhir ini cenderung lebih rendah dibandingkan dengan awal tahun ini, yang menunjukkan sedikit kemajuan menuju sasaran inflasi, The Fed membutuhkan lebih banyak data pendukung untuk menjadi lebih yakin bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju target. 

“Ketika mempertimbangkan penyesuaian FFR, The Fed akan secara hati-hati melakukan asesmen terhadap data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko,” kata dia kepada Bisnis, Kamis (13/6/2024). 

Dot plot baru mengindikasikan hanya satu kali penurunan suku bunga tahun ini dan empat kali pada tahun 2025 dan 2026, dibandingkan dengan proyeksi Maret 2024 yang memperkirakan tiga kali penurunan pada tahun 2024, 2025, dan 2026. Selain itu, target jangka panjang untuk FFR direvisi naik dari 2,75% menjadi 3,00%.

Di sisi lain, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dari dalam negeri kondisi ekonomi mulai mengalami tantangan serupa. Nilai tukar rupiah serta tingginya suku bunga saat ini membuat ekonomi Indonesia dalam ancaman. Bila kondisi ini terus berlanjut maka beragam dampak buruk bisa menghantam Indonesia, mulai dari ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga daya beli melemah.

“Data-data ekonomi yang ada saat ini cukup memberikan kecemasan bagi berbagai pihak. Begitu pula dengan harga barang yang terus mengalami kenaikan di tengah daya beli masyarakat yang tidak dalam performa terbaiknya,” kata Ibrahim. 

Pada perdagangan besok, Jumat (14/6/2024) rupiah diproyeksikan fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.230 - Rp16.310 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper