Bisnis.com, JAKARTA - Pandangan underweight Morgan Stanley terhadap pasar saham Indonesia diprediksi memberikan sentimen negatif bagi indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam jangka pendek.
Valdy Kurniawan, Head of Research and Education Phintraco Sekuritas, menyampaikan laporan Morgan Stanley menggambarkan kekhawatiran lembaga keuangan tersebut terhadap kondisi fiskal Indonesia dalam jangka pendek-menegah, dan jangka panjang.
"Dalam jangka pendek ada risiko pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang utamanya disebabkan ketidakjelasan kapan Federal Reserve akan memangkas suku bunga acuan. Sebelumnya, kami memprediksi suku bunga The Fed turun 3-4 kali pada 2024, tetapi sepertinya hanya akan 1 kali," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (12/6/2024).
Ketidakpastian The Fed dipicu faktor geopolitik yang memanas sehingga mengerek harga BBM dan sejumlah komoditas. Akibatnya, inflasi global berikut Amerika Serikat sulit turun.
Kebijakan The Fed perihal suku bunga yang belum menentu juga membuat investor asing berbalik net sell terhadap pasar saham Indonesia dalam dua bulan terakhir. Sentimen tersebut merupakan salah satu faktor yang menekan IHSG.
Sementara itu, sambung Valdy, Morgan Stanley menyoroti efek jangka panjang kebijakan fiskal presiden terpilih Prabowo Subianto yang membebani keuangan negara, seperti program makan siang gratis. Dengan adanya pos pengeluaran baru, pemerintah harus mencari cara untuk menambah pendapatan negara dan melakukan skema burden sharing.
Baca Juga
"Faktor kebijakan fiskal beban anggaran, risiko burden sharing, inilah yang menjadi pertimbangan Morgan Stanley," imbuhnya.
Menurut Valdy, laporan Morgan Stanley memberikan efek jangka pendek terhadap selera investor dan IHSG. Harapannya, dalam beberapa bulan ke depan kondisi global semakin solid sehingga The Fed dapat menjalankan rencananya untuk memangkas suku bunga acuan.
Adapun, dari dalam negeri, faktor makro ekonomi Indonesia masih terbilang solid, yang terbukti dari terkendalinya data PDB, inflasi, hingga Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Dalam sebulan terakhir kinerja ekspor juga meningkat.
"Kalau kita lihat rupiah di Rp16.250-Rp16.300 itu sudah puncaknya. Begitupun BI Rate di 6,25% dan suku bunga Fed di 5,25%-5,50%. Itu sudah peak level sehingga berpotensi berbalik," jelasnya.
Dia menyebutkan bank sentral Eropa (ECB) sudah memangkas suku bunganya yang menjadi sinyal ekonomi global yang membaik. Ekspektasinya aksi serupa akan dilakukan The Fed dan juga bank setral dunia lainnnya.
Valdy Kurniawan pun memprediksi IHSG masih berpeluang menuju 7.300 pada 2024 dalam skenario optimistis. Adapun, dalam skenario koservatif, target IHSG pada 2024 di level 7.100.