Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (5/6): Emas Mengilap, Batu Bara Lesu, CPO Anjlok

Harga emas menghijau pada perdagangan Rabu (5/6/2024). Sedangkan batu bara dan CPO ditutup melemah.
Bongkahan emas seberat 12,5 kilogram yang berada di kilang logam mulia, Swiss. - Bloomberg/Stefan Wermuth
Bongkahan emas seberat 12,5 kilogram yang berada di kilang logam mulia, Swiss. - Bloomberg/Stefan Wermuth

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas  menguat dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik dan pembelian dari bank sentral. Sedangkan batu bara telah melemah dan CPO yang menurun hingga lebih dari 100 poin. 

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot menguat 0,05% ke level 2.328,27 pada perdagangan Rabu (5/6/2024) pada pukul 06.48 WIB.

Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 juga menguat 0,01% ke level US$2.347,60 per troy ounce pada pukul 06.39 WIB. 

Harga emas bergerak menguat di awal perdagangan setelah ditutup melemah pada Selasa karena para investor khawatir dengan bukti-bukti bahwa kekuatan ekonomi AS mungkin mulai memudar.

Hal ini dikarenakan data yang menunjukkan pelemahan yang mengejutkan dalam aktivitas bisnis.

Risiko bahwa ekonomi AS mungkin akan melemah lebih dari yang diperkirakan kembali mengemuka setelah data hari Selasa menunjukkan pembukaan lapangan kerja turun lebih banyak dari yang diperkirakan pada bulan April ke level terendah dalam lebih dari tiga tahun terakhir.

Co-founder DataTrek Research Nicholas Colas mengatakan pasar kembali berpikir ulang bahwa dua kali penurunan suku bunga menjadi opsi kebijakan suku bunga the Fed yang paling mungkun terjadi di sisa tahun ini.

"Data ekonomi minggu lalu yang lebih lemah dari perkiraan menjelaskan pemikiran ulang ini," katanya seperti dikutip Reuters.

Harga Batu Bara

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Juni 2024 di ICE Newcastle melemah 1,60% ke level US$137,95 per metrik ton pada penutupan perdagangan Selasa (4/6). Kemudian, batu bara kontrak Juli 2024 juga melemah 3,22% ke US$139,80 per metrik ton. 

Baru-baru ini diketahui bahwa Uni Eropa meminta Jerman untuk menambahkan penghalang berbasis keuntungan sebesar 1,75 miliar euro atau sebesar Rp31 triliun untuk penutupan awal operasi penambang batu bara terbesar kedua di negara tersebut.

Adapun, jumlah yang disetujui digunakan untuk menutupi biaya rehabilitasi tambang, penutupan dan dampaknya terhadap lapangan kerja. 

Jerman berusaha mempercepat penghentian penggunaan batu bara dalam campuran pembangkit listriknya setelah gagal mencapai target pengurangan emisi. Kini, untuk mengurangi karbon lebih cepat, Jerman mencoba bernegosiasi untuk mempercepat penghentian batu bara delapan tahun lebih awal

Sedangkan di lain sisi, mengutip Energyworld, kementerian batu bara India melaporkan bahwa  produksi batu baranya pada Mei 2024 melonjak 10,15% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi sebesar 83,91 juta metrik ton. 

Harga CPO

Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan Selasa (4/6) kontrak Agustus 2024 melemah 156 poin ke 3.920 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Berikutnya, kontrak Juni 2024 juga ditutup melemah 194 poin menjadi 3.875 ringgit per ton. 

Mengutip Bernama, menurut pedagang minyak sawit David Ng, kontrak berjangka CPO ditutup lebih lemah, mengikuti pelemahan kontrak berjangka minyak kedelai pada harga Chicago Board of Trade (CBOT) dan harga palm olein Dalian. 

Lanjutnya, ia menuturkan ekspektasi peningkatan stok minyak sawit dalam beberapa minggu mendatang menambah tekanan harga. Menurutnya, harga didukung dengan baik di RM3.850 per ton dengan resistensi langsung di RM3.980 per ton.

Analis senior Fastmarkets Palm Oil Analytics, Sathia Varga, mengatakan bahwa kontrak berjangka CPO mengalami penurunan signifikan sebesar 100-170 poin, atau lebih dari empat persen, di seluruh papan dengan kontrak paling aktif pada Agustus 2024 jatuh ke titik terendah RM3.898.

Menurutnya,  kerugian besar kedelai pada perdagangan CBOT semalam menyeret minyak kedelai turun tiga persen, yang berdampak pada berjangka minyak nabati Asia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper