Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simak! Proyeksi Kinerja Saham-Saham RI saat Dolar AS Makin Perkasa dari HSBC

Berikut proyeksi kinerja saham emiten di Indonesia saat dolar makin menguat dari HSBC.
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Penundaan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed atas pemangkasan suku bunga membuat dolar menguat, yang akhirnya memberi dampak terhadap kinerja pasar saham Indonesia. Lantas, seperti apa prospeknya?

Chief Investment Officer Southeast Asia dan India for Global Private Banking and Wealth at HSBC James Cheo menyematkan rating netral kepada saham-saham Indonesia, termasuk emiten perbankan. 

Menurutnya, secara jangka pendek setidaknya dalam lima hingga enam bulan ke depan, pasar saham Indonesia kemungkinan akan stagnan atau mengalami fluktuasi kecil, mengingat situasi eksternal yang tidak menentu.

“Namun, situasi domestik sebenarnya cukup baik. Konsumsi masih sangat kuat, kelas menengahnya pun sangat berpengaruh,” ujarnya dalam Media Briefing HSBC Global Banking Investment Outlook Q3 2024, Selasa (4/6/2024).

Meski demikian, dia menilai pada semester kedua tahun ini di Indonesia akan terjadi peningkatan investasi, terutama pada penanaman modal atau investasi langsung dari pihak asing (Foreign Direct Investment/FDI).

“Pertumbuhan kredit juga akan mulai meningkat dan akan terus menjadi sangat kuat. Dan tentu saja, ketika ada jalur kebijakan yang lebih jelas, kita akan melihat stimulus fiskal yang lebih kuat,” ujarnya. 

Dia pun menyebut, pertumbuhan kredit dalam negeri cukup kuat, yang bakal membuat Indonesia dapat dengan mudah mencapai PDB pada level 5,2%.

Adapun, kata James, moncernya pertumbuhan kredit perbankan RI, tercermin pada semester I/2024, di mana pesta demokrasi dan beragam perayaan kian menopang pertumbuhan permintaan kredit. 

“Kita terus memantau situasi ini, dan diharapkan akan ada pengumuman terkait belanja infrastruktur yang akan memberikan dampak positif, bukan hanya untuk tahun 2024, tetapi mungkin juga untuk tahun 2025,” ucapnya. 

Lebih lajut, dia menyebut sejauh ini ekonomi dan pertumbuhan pendapatan di Asia terus melampaui rata-rata global. “Kami terus mempertahankan posisi overweight di Jepang, India, dan Korea Selatan, yang memiliki peluang terbaik untuk pertumbuhan struktural di Asia,” ujarnya.

Sementara itu, di China dan Hong Kong, saham-saham berkualitas dengan valuasi rendah mendapatkan peluang taktis berkat stimulus kebijakan dan reformasi pasar saham. 

Pihaknya turut mempertahankan sikap bullish terhadap saham-saham India, karena adanya dukungan diversifikasi dari rantai pasok global, demografi penduduk berusia muda, lonjakan investasi dan peningkatan di sektor manufaktur. 

Terakhir, dia menyebut adanya peluang penghasilan menarik dari obligasi investment grade di Asia, sehubungan dengan harapan bahwa berbagai bank sentral di Asia mulai akan memangkas suku bunga pada semester kedua tahun 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper