Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Asing Lego Saham Rp6,17 Triliun pada 2024, Kapan Mereda?

Analis melihat aksi jual investor asing akan terus terjadi apabila inflasi dan tingkat suku bunga tak kunjung turun.
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Rabu (20/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Rabu (20/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Investor asing mencatatkan net sell atau aksi jual sebesar Rp6,17 triliun sejak awal tahun hingga saat ini. Lalu, kapan aksi jual ini akan mereda?

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan sejauh ini investor asing terus keluar dari pasar modal Indonesia yang diakibatkan oleh tingginya tensi yang ada saat ini. Tensi tersebut khususnya datang dari sisi inflasi dan potensi penurunan tingkat suku bunga The Fed yang masih maju dan mundur. 

"Apalagi menilik risalah yang kemarin, menunjukkan ada ruang bagi The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunga mereka," ujar Nico kepada Bisnis, dikutip Minggu (2/6/2024). 

Dia melanjutkan, hal tersebut menambah kekhawatiran bagi pelaku pasar dan investor jika tingkat suku bunga akan jauh lebih tinggi dan lebih lama dari sebelumnya. 

Selain itu, kata dia, tensi geopolitik juga selalu mencuri perhatian karena tekanan seperti apapun akan mengakibatkan tekanan bagi pasar. 

Nico melanjutkan investor asing akan selalu keluar apabila situasi dan kondisi mengenai inflasi dan tingkat suku bunga tak kunjung membaik. 

"Selama belum ada perubahan, maka capital outflow masih berpotensi untuk terjadi, dan dibutuhkan alasan untuk bisa masuk kembali," tuturnya.

Adapun mengenai sektor-sektor saham yang dapat dicermati saat investor asing keluar, Nico melihat sektor perbankan mencuri perhatian karena investor asing terus keluar. Menurutnya, sektor perbankan secara fundamental masih menarik karena potensi valuasi di masa yang akan datang masih sangat tinggi. 

"Oleh sebab itu penurunan harga perbankan hanya akan membuat valuasinya semakin menarik," ucap Nico.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper