Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pabrik Semen China Masuk Aceh, Pengusaha Mulai Waswas

Kabar terkait rencana pendirian pabrik semen baru oleh konsorsium China membuat emiten semen mulai waswas
Pekerja mengangkut semen ke kapal pengangkutan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (11/7/2023). Bloomberg/Dimas Ardian
Pekerja mengangkut semen ke kapal pengangkutan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (11/7/2023). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Kabar terkait rencana pendirian pabrik semen baru oleh konsorsium China membuat emiten semen mulai waswas. Selain melanggar aturan moratorium, hal ini juga dikhawatirkan memperparah kondisi oversupply semen di Tanah Air.

Kekhawatiran muncul setelah PT Kobexindo Cement, konsorsium Hongshi Holding Group asal China, menandatangani nota kesepahaman dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan terkait pendirian pabrik semen baru. Perjanjian ini diteken pada 18 Mei 2024 di Jakarta.

Pabrik baru tersebut diperkirakan memiliki kapasitas produksi hingga 6 juta ton per tahun, dengan nilai investasi yang ditaksir mencapai Rp10 triliun.

Rencana itu pun berisiko memperuncing kondisi oversupply semen. Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat kebutuhan semen dalam negeri mencapai 65,5 juta ton pada 2023, sedangkan total produksi tembus 119,9 juta. Artinya, pasokan semen berlebih hingga 54,4 juta ton.

Direktur Utama Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) Christian Kartawijaya menyatakan sejatinya tidak ada kebutuhan pasokan tambahan semen untuk Aceh dan Pulau Sumatra. Oleh karena itu, kabar pendirian pabrik baru di Aceh bak petir di siang bolong.

“Penandatangan MoU tersebut merupakan sebuah kabar yang mengejutkan di tengah kondisi oversupply semen di Indonesia dan janji pemerintah untuk melakukan moratorium pemberian izin pembangunan pabrik semen baru,” ujar Christian kepada Bisnis, Rabu (29/5/2024).

Padahal, kata Christian, Indocement ikut memasok kebutuhan semen di Pulau Sumatra, baik dalam bentuk semen curah maupun semen kantong. Hal ini melalui investasi pendirian tiga terminal di Lampung, Palembang, dan terminal apung di Kuala Tanjung, Sumatra Utara.

Dia juga menyampaikan saat ini utilisasi pabrik hanya mencapai 55% -60% secara rata-rata industri. Untuk itu, kebijakan moratorium izin pabrik semen baru diperlukan agar industri semen Indonesia lebih sehat.

“Jadi, kami sangat berharap tindakan yang bijaksana dari Kementerian Perindustrian dan juga Kementerian Investasi/BKPM untuk menerapkan moratorium pemberian izin pabrik semen yang baru, sehingga dapat memberikan utilisasi yang lebih baik,” pungkasnya.

Di sisi lain, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) juga menyoroti adanya penambahan pabrik baru setidaknya dalam kurun tiga tahun terakhir. Meski demikian, perseroan tetap optimistis permintaan semen akan bertumbuh pada tahun ini.

Sekretaris Perusahaan SIG Vita Mahreyni mengatakan masih ada penambahan kapasitas produksi semen baru dalam waktu tiga tahun terakhir, meski pemerintah menerapkan moratorium pembangunan pabrik baru.

"Terkait moratorium, ada penambahan kapasitas-kapasitas baru di 2020-2023 yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan demand yang sempat terkontraksi dampak pandemi covid-19," ujarnya kepada Bisnis, baru-baru ini.

PETA PERSAINGAN PENGUSAHA SEMEN

Kehadiran pabrikan semen baru asal China juga berisiko menggerus permintaan dari INTP, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR), dan PT Cemindo Gemilang Tbk. (CMNT) yang baru akan meresmikan pabrik hasil akuisisi di Sumatra Utara pada Juni 2024.

Melansir laporan presentasi per akhir Maret 2024, SMGR memiliki tiga pabrik di Pulau Sumatra yang berlokasi di Aceh (Lhoknga), Sumatra Barat (Indarung), dan Sumatra Selatan (Baturaja).

Pabrik di Aceh dioperasikan oleh PT Solusi Bangun Andalas dengan kapasita produksi 1,8 juta ton per tahun, sementara di Sumatra Barat yang dikelola PT Semen Padang berkapasitas 8 juta. Adapun kapasitas PT Semen Baturaja Tbk. (SMBR) mencapai 3,9 juta ton.

Di tengah kondisi ini, Vita menyatakan SIG tetap meyakini permintaan semen akan tetap bertumbuh pada semester II/2024. Oleh karena itu, perseroan akan menerapkan sejumlah langkah untuk menangkap peluang pertumbuhan.

Dia menuturkan SIG akan berfokus pada pengelolaan pasar dan harga, diversifikasi produk untuk memenuhi kebutuhan pembangunan, mengoptimalisasi jaringan produksi dan distribusi, serta pembangunan berkelanjutan.

"Kami masih optimistis pertumbuhan demand semen akan lebih baik di semester kedua, sehingga secara tahunan akan tetap tumbuh," tutur Vita.

Hingga kuartal I/2024, SIG membukukan laba bersih periode berjalan sebesar Rp472 miliar atau turun 16% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan laba bersih sejalan dengan raihan pendapatan yang terkoreksi 6,27% year-on-year (YoY) menjadi Rp8,37 triliun.

Sementara itu, INTP mencetak laba bersih periode berjalan sebesar Rp238,02 miliar pada kuartal I/2024, turun 35,91% secara tahunan. Adapun pendapatan neto mengalami koreksi sebesar 3,84% YoY menjadi Rp4,08 triliun.

Corporate Secretary Indocement Dani Handajani juga menilai permintaan semen pada kuartal II/2024 akan lebih baik karena berakhirnya Pemilu satu putaran dan juga liburan terkait Lebaran. Selain itu, kondisi cuaca juga diharapkan lebih baik untuk memulai pembangunan proyek.

Dihubungi terpisah, Direktur Komersial dan Logistik PT Cemindo Gemilang Tbk. (CMNT) Surindro Kalbu Adi mengatakan bahwa Semen Merah Putih berkomitmen menghadirkan inovasi konstruksi yang unggul serta berkualitas premium.

Hal tersebut dengan tetap mengedepankan konsep berkelanjutan melalui produk yang ramah lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan menilai demand atas Semen Merah Putih di Sumatra, tidak semata-mata dipengaruhi oleh perubahan suplai dari sisi produsen.

Dari lantai bursa, saham emiten semen kompak memerah pada perdagangan Rabu (29/5/2024). Saham SMGR melemah 0,53% menuju level Rp3.760, saham INTP turun 1,85% ke Rp6.575, sementara saham CMNT terpantau stagnan.

Riset J.P Morgan yang dirilis awal Mei 2024 menyebutkan baik INTP maupun SMGR membukukan penurunan laba dengan tren serupa, yakni lemahnya volume penjualan dan turunnya harga jual rata-rata campuran alias blended average selling price (ASP).

JP Morgan menyatakan INTP mengalami penurunan tajam pada blended ASP yang disebabkan oleh efek konsolidasi Semen Grobogan. Ebitda per ton Indocement turun 17% YoY menjadi 163.000 per ton, sementara SMGR melemah 6% YoY menjadi 189.000 per ton.

“Proyeksi laba tahun 2024 untuk SMGR dan INTP lebih rendah 10%-15% dari estimasi pasar dan hasil kuartal I/2024 yang lemah akan memicu revisi ke bawah. Kemungkinan lebih curam untuk INTP,” tulis riset J.P Morgan.

Dengan kondisi tersebut, J.P Morgan menyatakan tetap berhati-hati dan mempertahankan peringkat netral untuk SMGR dan underweight untuk saham INTP. Adapun Kiwoom menyematkan rekomendasi hold SMGR dengan target Rp4.180. 

‐---------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper