Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Ekonomi AS Meleset dari Perkiraan, Rupiah Diprediksi Menguat Pekan Depan

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada pekan depan diprediksi menguat usai rilis data ekonomi AS.
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan depan periode 6-10 Mei 2024 berpotensi menguat, seiring dengan data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan.

Mengacu data Bloomberg pada Jumat (3/5/2024), rupiah ditutup menguat 0,63% ke Rp16.083 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,04% ke 105,25.

Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mengatakan rilis data tenaga kerja AS Non Farm Payrolls, pendapatan rata-rata per jam, dan tingkat pengangguran pada April 2024 menunjukkan hasil dengan angka yang lebih buruk dari bulan sebelumnya. 

Rilis data pekerjaan Amerika Serikat (AS) pada April 2024 tumbuh lambat jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 175.000 atau turun dari sebelumnya sebesar 315.000 penambahan pekerjaan baru.  

Sementara itu, tingkat penggangguran AS 2024 naik ke level 3,9% berada di atas ekspektasi dari periode sebelumnya.

"Ini mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya dan mungkin terbawa ke awal pekan dan bisa memicu kembali penguatan rupiah terhadap dolar AS," ujar Ariston kepada Bisnis, dikutip Minggu, (5/5/2024).

Terlebih, dengan dorongan pelemahan dolar AS karena pernyataan The Fed pasca rapat kebijakan moneter yang dianggap tidak hawkish karena Ketua The Fed Jerome Powell tidak mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuannya tahun ini.

Sebagaimana diketahui, pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 1 Mei 2024 memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR) di kisaran 5,25%-5,5%. 

The Fed mempertahankan suku bunga untuk pertemuan keenam berturut-turut. Dalam pidatonya, Powell mengatakan bahwa dibutuhkan waktu lebih lama dari yang diperkirakan agar inflasi ke target 2% Fed, yang pada dasarnya mengesampingkan penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

Menurut Ariston, data tenaga kerja AS yang lebih buruk ini bisa memberikan pertimbangan tambahan untuk The Fed untuk segera memangkas suku bunga acuannya tahun ini.

"Pada Senin [6/5] kemungkinan potensi penguatan rupiah ke arah Rp16.000, dengan potensi resisten di kisaran Rp16.100, dan bila sentimen positif berlanjut, rupiah bisa masuk ke Rp15.900," pungkas Ariston.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper