Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LPEM UI Proyeksikan PDB Indonesia Tumbuh 5,15% Disengat Momentum Ramadan

LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) memproyeksikan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tumbuh 5,15% year-on-year (yoy).
Suasana acara Bisnis Indonesia Goes to Campus 2022 di Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Selasa (11/10/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Suasana acara Bisnis Indonesia Goes to Campus 2022 di Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Selasa (11/10/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) memproyeksikan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tumbuh 5,15% year-on-year (yoy) pada kuartal I/2024.

“Kondisi perekonomian domestik dipenuhi berbagai peristiwa selama tiga bulan pertama tahun 2024. Penyelenggaraan Pemilu, dibarengi dengan adanya beberapa periode libur panjang, memiliki potensi untuk mendorong tingkat konsumsi secara umum,” kata ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky di Jakarta dikutip dari Antara, Minggu (5/5/2024).

Dia menuturkan bahwa perayaan bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Selain itu, Teuku Riefky mengatakan bahwa realisasi investasi jauh melampaui target selama triwulan pertama 2024, yakni meningkat sebesar 22,1% yoy menjadi Rp401,5 triliun dengan investasi langsung asing (FDI) menyumbang lebih dari setengah dari total investasi.

Menurutnya, hal ini mencerminkan tingkat kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia saat ini.

“Berdasarkan hal tersebut, kami memproyeksikan PDB tumbuh sebesar 5,15% yoy di triwulan I 2024 dengan kisaran proyeksi 5,12-5,17% yoy serta 5,1 persen sepanjang tahun fiskal 2024 dengan kisaran proyeksi 5-5,1%,” ucap Riefky.

Meskipun konsumsi domestik dan realisasi investasi meningkat, dia menyatakan bahwa masih terdapat berbagai tantangan ekonomi selama kuartal I tahun ini, terutama dari sektor perdagangan ekspor dan impor.

Teuku Riefky menyatakan bahwa terdapat penurunan neraca perdagangan, terlihat dari surplus perdagangan yang merosot sebesar 39,4 persen yoy menjadi 7,34 miliar dolar AS.

Hal tersebut terjadi karena penurunan ekspor lebih signifikan dibandingkan dengan impor sebagai dampak dari perlambatan ekonomi Tiongkok dan harga komoditas yang lebih rendah.

Riefky juga menuturkan bahwa terjadi aliran keluar modal dari pasar obligasi Indonesia sebesar 1,89 miliar dolar AS karena perubahan ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga The Fed dan ketidakpastian geopolitik global.

Selain itu, cadangan devisa juga turun hampir 6 miliar dolar AS sejak Desember 2023 sehingga meningkatkan tantangan dalam menstabilkan rupiah.

“Ke depannya, Indonesia akan menghadapi tantangan untuk mengelola risiko dari pasar global yang tidak stabil, sehingga perlu manajemen kebijakan ekonomi dan moneter yang hati-hati untuk menghadapi tekanan eksternal ini,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper