Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja keuangan emiten batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) mampu melewati estimasi konsensus analis baik dari sisi top line maupun bottom line pada kuartal I/2024.
Emiten milik konglomerat Garibaldi Thohir itu membukukan pendapatan US$1,44 miliar atau setara Rp23,4 triliun (kurs Jisdor Rp16.276 per dolar AS) pada kuartal I/2024. Realisasi itu turun 21,53% secara tahunan dari US$1,83 miliar periode yang sama tahun lalu.
Kendati demikian, pencapaian top line Adaro Energy Indonesia untuk periode Januari 2024 hingga Maret 2024 mampu melewati estimasi konsensus di US$1,355 miliar.
Sementara itu, realisasi laba bersih Adaro Energy Indonesia juga mampu melewati konsensus para analis di US$360,00 juta.
Adaro membukukan laba bersih US$374,3 juta atau setara Rp6,09 triliun per akhir Maret 2024. Realisasi ini lebih rendah dari US$458,04 juta periode kuartal I/2023.
Manajemen Adaro Energy Indonesia menjelaskan, volume produksi dan penjualan pada kuartal I/2024 masing-masing mencapai 18,07 juta ton dan 16,48 juta ton, atau naik 15% dan 5% dari kuartal I/2023. Peningkatan pada kinerja operasional ini mengimbangi penurunan 24% pada harga jual rata-rata (ASP) seiring berlanjutnya penurunan harga batu bara.
Baca Juga
Turunnya pendapatan ini juga turut membuat beban pokok pendapatan ADRO turun 24,21% menjadi US$815,1 juta, dari US$1,07 miliar secara tahunan.
Hanya saja, laba bruto ADRO juga ikut turun 17,74% menjadi US$627,7 juta di kuartal I/2024, dari sebelumnya US$763,1 juta di kuartal I/2023.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer ADRO Garibaldi Thohir mengatakan di tengah ketidakpastian global dan kondisi harga yang melemah, ADRO mempertahankan komitmen terhadap efisiensi biaya.
"Lebih lanjut, posisi neraca dan keuangan secara keseluruhan tetap sehat, sehingga menyediakan fleksibilitas pada saat ini," ujarnya, Rabu (1/5/2024).
Dia melanjutkan, ADRO memulai tahun ini dengan baik, dan ADRO memperluas investasinya ke bisnis-bisnis baru yang berjalan baik sesuai panduan yang telah ditetapkan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.