Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Piutang BUMN Karya Tembus Rp19,91 Triliun, Naik 34% Sepanjang 2023

BUMN Karya mencatatkan total piutang Rp19,91 triliun pada 2023 yang disebabkan oleh beberapa hal. Simak penjelasannya.
Pekerja menggunakan alat berat beraktivitas di proyek infrastruktur milik salah satu BUMN Karya di Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menggunakan alat berat beraktivitas di proyek infrastruktur milik salah satu BUMN Karya di Jakarta, Kamis (13/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Total piutang usaha emiten BUMN Karya tercatat mencapai Rp19,91 triliun sepanjang 2023 atau meningkat 34,54% secara tahunan. Mayoritas emiten membukukan kenaikan, kecuali PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT). 

Piutang usaha masuk dalam kategori aset lancar dalam laporan keuangan. Artinya, barang atau jasa sudah dicatat sebagai pendapatan, tetapi uang belum belum dibayarkan oleh pelanggan. 

Berdasarkan laporan keuangan masing-masing perusahaan, piutang terbesar dimiliki oleh PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) dengan nilai Rp8,12 triliun atau naik 14,14% year-on-year (yoy). 

Direktur Keuangan PTPP Agus Purbianto mengatakan, kenaikan piutang tersebut disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya piutang yang dipupuk selama progres pekerjaan dan pembayaran utang yang masih menunggu pendanaan. 

“Terkait peningkatan piutang memang ada beberapa proyek yang menunggu adanya suatu pendanaan atau adanya kontrak atau amendemen-amendemen yang harus mendapatkan persetujuan dari owner,” ujarnya dikutip Sabtu (27/4/2024). 

Agus menambahkan, kenaikan piutang perseroan juga dikontribusikan oleh anak perusahaan, yakni PT PP Presisi Tbk. (PPRE) dan PT PP Properti Tbk. (PPRO). Hal ini disebabkan banyaknya penjualan yang dilakukan bertahap.

“Banyak penjualan [anak usaha] yang dilakukan secara bertahap sehingga setiap penjualan dengan bertahap itu memperpanjang terkait dengan piutang-piutang yang terjadi,” tuturnya.

Piutang terbesar kedua dipegang oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) yang membukukan Rp6,82 triliun pada 2023. Jika dibandingkan 2022, total piutang usaha ini mencerminkan kenaikan sebesar 129% yoy. 

Manajemen ADHI, dalam laporan tahunan 2023, menjelaskan bahwa kenaikan tersebut disebabkan oleh piutang usaha dari proyek Lintas Raya Terpadu (LRT) Jabodetabek. 

ADHI sampai dengan awal April 2024, telah menerima menerima realisasi pembayaran atas pembangunan LRT Jabodebek sebesar Rp23,3 triliun, dari total nilai kontrak Rp25,5 triliun.

Terbaru, ADHI menerima pembayaran atas pekerjaan stasiun dan depo LRT Jabodebek Fase I sebesar Rp4,1 triliun yang dibayarkan oleh pemerintah melalui PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Sekretaris Perusahaan ADHI Farid Budiyanto mengatakan, pembayaran itu dilakukan setelah seluruh pekerjaan LRT Jabodebek, mulai dari perencanaan desain, pembangunan struktur, hingga pembangunan stasiun dan fasilitasnya rampung.

WIKA – Waskita Karya

Pada posisi berikutnya ada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA). Sepanjang 2023, total piutang usaha perseroan mencapai Rp3,31 triliun atau meningkat 17,04% yoy. 

Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya menuturkan, salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perseroan pada tahun lalu adalah banyaknya piutang bermasalah. 

Hal tersebut bermula saat pemilik vendor atau mitra yang tidak mampu melakukan pembayaran saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada 2020. 

WIKA, kata Mahendra, telah berupaya menyelesaikan persoalan tersebut melalui proses mediasi di pihak-pihak independen. Namun, dinamika yang terjadi membuat perseroan mau tidak mau melakukan pencadangan kerugian atas piutang bermasalah.

“Atas dasar itu, ada piutang yang tidak bisa ditagihkan dan prosesnya cukup panjang melalui arbitrase, pengadilan, dan sebagainya. Ada yang sudah diputus, ada juga yang masih berproses. Namun, karena prosesnya cukup panjang, kami melakukan pencadangan duluan,” tuturnya.

Faktor itu yang kemudian membuat bottom line WIKA mengalami penurunan sehingga rugi bersih tahun lalu mengalami lonjakan dibandingkan dengan 2022.

WIKA membukukan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp7,12 triliun pada 2023, melonjak dari tahun sebelumnya Rp59,59 miliar. Rugi per saham juga naik dari Rp6,64 ke Rp794,68.

“Kinerja 2023 ini bisa dikatakan sebagai kondisi terendah WIKA. Mudah-mudahan di 2024 kami bisa membukukan kinerja yang lebih baik dibandingkan 2023 melalui PMN dan lainnya, tetapi proses penyehatan memang perlu waktu,” pungkas Mahendra.

Di peringkat terakhir adalah Waskita Karya. Berbeda dibandingkan BUMN Karya lainnya, total piutang usaha justru menurun 11,62% yoy menjadi Rp1,65 triliun. 

Menurut laporan tahunan 2023, manajemen Waskita Karya menyatakan telah melakukan inovasi serta pengembangan produk dan jasa. Salah satunya dengan mengusung program restrukturisasi portofolio dan finansial. 

Melalui program tersebut, Waskita menerapkan receivable war room (RWR) untuk memonitor pencairan piutang serta piutang dalam penanganan khusus. 

BUMN Karya 2024 2023 Year-on-Year (YoY)
PTPP 8.127.670.562.854 7.120.666.150.035 14,14%
ADHI 6.822.539.473.301 2.983.100.048.141 128,71%
WIKA 3.310.321.966.000 2.828.397.975.000 17,04%
WSKT 1.650.323.580.6120 1.867.294.205.719 -11,62%
Jumlah 19.910.855.582.765 14.799.458.378.895 34,54%

Sumber: laporan keuangan, diolah

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atassegala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper