Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 2,74% secara year-to-date (ytd) ke level 7.073,82 pada Senin (22/4/2024). Sederet katalis memengaruhi gerak IHSG, seperti tensi geopolitik Iran dan Israel hingga putusan Mahkamah Konstitusi (MK) hari ini.
Tim Analis Syailendra Capital mengatakan, tensi antra Iran-Israel dapat berpotensi tidak terlalu meluas. Sebab, sebelumnya Israel juga tak melakukan eskalasi militer saat Perang Teluk Persia atau Gulf War 1991 saat Iran melakukan serangan.
Data historis menunjukkan perang di Timur Tengah tak pernah berlangsung lebih dari 1 tahun, sehingga tekanan ke pasar saham dan obligasi maupun kenaikan harga minyak bersifat temporer.
"Koreksi IHSG saat ini lebih dikarenakan melemahnya rupiah terhadap dolar AS hingga ke Rp16.200 per dolar AS, bukan karena perang. Penguatan dolar AS didorong oleh ekonomi AS yang lebih baik daripada estimasi," ujar Tim Analis Syailendra capital dalam riset pada Senin (22/4/2024).
Menurutnya, durasi perang tak berpengaruh terhadap besaran koreksi suatu aset. Misalnya, saat terjadi Perang Teluk Persia selama sekitar 7 bulan, koreksi IHSG mencapai -38,5%. Sebaliknya, saat terjadi perang Irak 2003 selama hampir 9 bulan, IHSG hanya terkoreksi -0,2%.
"Perlu dicatat, IHSG hanya terkoreksi 3 hari saat Perang Irak, dan 25 hari saat konflik Israel-Palestina. Hal ini menunjukkan bahwa koreksi yang terjadi di IHSG bersifat temporer dan tidak dipengaruhi lamanya perang," pungkasnya.
Baca Juga
Sementara itu dari dalam negeri, pelaku pasar mencermati hasil putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam sidang sengketa Pilpres 2024 yang menolak semua gugatan dari pasangan calon Anies-Muhaimin maupun Ganjar-Mahfud.
Community & Retail Equity Analyst Lead Indo Premier Sekuritas Angga Septianus mengatakan, data survei menunjukkan investor domestik maupun asing memprediksi bahwa paslon Prabowo-Gibran akan menang sejak sebelum Pemilu dimulai, dan prediksi mereka saat ini pun masih sama.
Oleh sebab itu, menurutnya investor dapat mencermati saham-saham terkait hilirisasi mineral logam, seperti MDKA, MBMA dan TINS. Adapun Indo Premier Sekuritas mematok target harga MDKA di level Rp3.200, diikuti MBMA dengan target Rp750 per saham.
Selain itu, investor perlu mengamati tensi geopolitik di Timur Tengah, yang masih tereskalasi hampir setiap harinya. Risiko besar ini adalah salah satu penyebab komoditas emas sedang mengalami kenaikan yang sangat signifikan sebagai aset safe haven.
"Selain itu, penguatan dolar AS terhadap rupiah dan kenaikan yield AS juga menyerap dana asing di IHSG, yang menyebabkan saham-saham bluechip mengalami tekanan jual saat ini," pungkas Angga kepada Bisnis.
---
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.