Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Anjlok Terimbas Konflik Israel-Iran, BEI Siapkan Antisipasi?

BEI menyebut akan selalu memantau setiap perkembangan mengenai konflik Israel-Iran dan berkordinasi dengan OJK dan self Regulatory Organization (SRO) lainnya.
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan antisipasi yang akan dilakukan seiring dengan memanasnya konflik antara Israel dan Iran.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy menuturkan BEI selalu optimistis menyikapi fenomena yang ada. Akan tetapi, kata dia, BEI belum mengetahui seperti apa kelanjutan pertikaian antara Israel dengan Iran ini.

"Kami tentu berharap tidak sampai menimbulkan perang terbuka antara kedua negara, karena efeknya bisa dirasakan oleh banyak negara lain juga," ucap Irvan, Jumat (19/4/2024).

Menurut Irvan, BEI akan selalu memantau setiap perkembangan mengenai konflik tersebut dan berkoordinasi juga dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan self Regulatory Organization (SRO) lainnya.

Sebagai informasi, hari ini Jumat (19/4/2024) IHSG ditutup melemah 1,11% ke level 7.087. IHSG diperdagangkan pada zona merah sepanjang hari ini.

Selain Bursa Indonesia, bursa-bursa lain di Asia juga ditutup pada zona merah hari ini. Bursa Jepang misalnya dengan Nikkei Index turun hingga 2,66% hari ini.

Demikian pula dengan Hang Seng Index Hong Kong turun 0,99%, Shanghai Composite Index turun 0,29%, dan Strait Times Index Singapura turun 0,35%.

Investment Analyst Reliance Sekuritas Reza Priyambada menjelaskan ketegangan politik biasanya akan berimbas negatif ke pasar keuangan, dengan faktor risiko yang menjadi meningkat dan pelaku pasar akan cenderung wait and see, serta stay away dari market.

"Adanya perang tentu akan meningkatkan risiko kekhawatiran. Dengan meningkatnya risiko tersebut maka akan meningkatkan imbal hasil atau yield dari surat utang dan peningkatan demand terhadap asset safe haven semisal emas maupun dolar AS," ucap Reza, Jumat (19/4/2024).

Apalagi, lanjutnya, meningkatnya tensi geopolitik ini terjadi di Timur Tengah, tempat sumber minyak mentah berasal. Hal ini bisa diperkirakan juga akan menyulut kenaikan harga minyak mentah dan juga harga energi lainnya.

"Meningkatnya sejumlah hard commodities tadi juga akan merembet ke kenaikan soft commodities semisal gandum, kopi, dan lainnya. Pada akhirnya, bisa memicu kenaikan inflasi global," tutur Reza.

Apabila inflasi meningkat, lanjut Reza, maka sejumlah bank sentral akan mempertahankan tingkat suku bunga dan bahkan menaikkan tingkat suku bunga mereka jika pergerakan inflasi mengalami lonjakan.

Adapun Reliance Sekuritas belum mengubah target IHSG untuk saat ini, yakni pada 7.810 untuk base scenario, dan 8.010 untuk bullish scenario.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper