Bisnis.com, JAKARTA — Emiten crude palm oil (CPO) PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO) memperkirakan pelemahan rupiah dapat mengerek harga CPO dan meningkatkan pendapatan perseroan.
Investor Relations Sampoerna Agro Stefanus Darmagiri menjelaskan pelemahan nilai tukar rupiah dapat menguntungkan produsen minyak kelapa sawit karena CPO merupakan komoditas dunia dan diperdagangkan dalam mata uang dolar AS.
"Sehingga pelemahan rupiah diharapkan dapat meningkatkan harga jual CPO dalam rupiah dan meningkatkan revenue," kata Stefanus, Rabu (17/4/2024).
Dari sisi biaya, lanjutnya, karena hampir sebagian besar biaya operasional yang dikeluarkan dilakukan dalam rupiah, pelemahan rupiah tidak memiliki dampak yang material terhadap biaya operasional SGRO.
Stefanus melanjutkan, SGRO akan terus berfokus pada best agronomy practices dengan terus fokus melanjutkan program intensifikasi yang telah berjalan pada tahun-tahun sebelumnya.
Program tersebut seperti mekanisasi, water management system, dan peningkatan infrastruktur serta digitalisasi untuk meningkatkan monitoring, efektifitas produksi dan efisiensi kerja di kebun. Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja operasional SGRO.
Baca Juga
Sebagai informasi, SGRO memperkirakan produksi CPO perseroan diperkirakan akan dapat tumbuh sampai dengan 5% secara tahunan atau year in year (yoy) untuk tahun 2024.
Sepanjang 2023, SGRO membukukan penurunan total penjualan sebesar 0,9% yoy menjadi Rp5,6 triliun pada tahun 2023. Sementara itu, laba bersih SGRO turun 53,92% menjadi Rp483,7 miliar, dari sebelumnya Rp1,04 triliun.
Penurunan pendapatan ini terutama disebabkan oleh turunnya pendapatan dari Inti Sawit (Palm Kernel/PK), kontributor pendapatan terbesar kedua, sebesar 27,0% yoy menjadi Rp537 miliar.
Di sisi lain, penjualan CPO SGRO mengalami peningkatan 1,7% pada 2023 menjadi Rp4,7 triliun, di tengah penurunan harga rata-rata CPO sebesar 7,6% secara tahunan.