Bisnis.com, JAKARTA – Koreksi indeks saham properti sepanjang tahun 2023 kian dalam seiring ambruknya nilai tukar rupiah menuju level Rp16.000. kondisi tersebut dapat dimanfaatkan para investor untuk memboyong saham BSDE hingga CTRA.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan indeks saham properti terkoreksi 12,28% sepanjang tahun berjalan menuju 626,49 hingga Rabu (17/4/2024). Sejak pasar saham kembali dibuka usai libur Lebaran, indeks properti melemah 3,25% dan 0,41%.
Lesunya indeks properti seturut dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah kembali ditutup melemah 0,28% atau 44,50 poin ke posisi Rp16.220, sementara dolar AS bertahan di level 106,08.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan gerak saham emiten properti memang cenderung fluktuatif sejak awal tahun, yang secara umum dipengaruhi oleh tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
“Selama tahun ini emiten properti mengalami pergerakan saham yang fluktuatif karena sehubungan dengan terjadinya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,” ujar Nafan saat dihubungi Bisnis pada Rabu (17/4/2024).
Menurutnya, dinamika tersebut juga berkaitan dengan langkah The Fed yang memberikan sinyal penundaan pemangkasan suku bunga. Sinyal ini bertalian erat dengan tingkat inflasi AS yang sepanjang Maret lalu berada di level 3,5%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya.
Baca Juga
Pelemahan rupiah di hadapan mata uang Paman Sam juga menjadi sentimen negatif bagi emiten properti yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS, di antaranya PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE).
Nafan menyatakan bahwa kondisi tersebut akan memperberat langkah emiten properti dalam memacu kinerja sepanjang 2024. Kendati demikian, dia meyakini perseroan telah melakukan pembatasan risiko atau hedging guna memitigasi risiko tersebut.
“Mitigasi risikonya bisa dilakukan melalui hedging misalnya, dan mitigasi ini sebenarnya sudah dilakukan oleh emiten-emiten berbasis sektor properti sejak lama,” pungkasnya.
Meski saat ini sedang melemah, dia meyakini kinerja emiten properti sepanjang tahun 2024 masih akan tetap prospektif. Keyakinan tersebut berlandaskan pada peluang pelonggaran kebijakan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia (BI) ke depan.
Di tengah tren pelemahan sektor properti, Nafan menilai investor dapat mencermati saham BSDE, PT Ciputra Development Tbk. (CTRA), dan PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA). Dia pun merekomendasikan buy on weakness untuk ketiganya.
BSDE memiliki target harga sebesar Rp990 atau mencerminkan kenaikan 8,79% dari harga penutupan saat ini. Adapun target harga saham CTRA dipatok pada level Rp1.215 atau naik 7,05%, sementara target harga SMRA berada di Rp540.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.