Bisnis.com, JAKARTA - Emiten keramik PT Arwana Citramulia Tbk. (ARNA) menyambut sentimen positif pendorong lonjakan permintaan ubin keramik pada 2024, setelah dalam dua tahun belakangan dibayangi kelesuan pasar.
Direktur Operasional ARNA Edy Suyanto mengungkap bahwa industri keramik ubin bakal mendapat berkah dari bangkitnya permintaan di sektor properti dan proyek-proyek besar pemerintah, seperti Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Setelah ada pelemahan daya beli sepanjang 2023, permintaan real estat tahun ini mulai meningkat. Beberapa developer ternama, termasuk BUMN, sudah mulai ada penjajakan dan pembelian," ujarnya dalam diskusi bersama media baru-baru ini, dikutip Rabu (3/4/2024).
Oleh sebab itu, ARNA tahun ini berupaya ekspansi jaringan pemasaran ritel, terus mengoptimalkan peran divisi proyek, meningkatkan kapasitas produksi pada salah satu pabrik, dan mendorong inovasi produk baru.
Untuk peningkatan distribusi ritel, Edy membidik mampu menjamah lebih dari 38.000 outlet melalui pembukaan 6 depo baru, meningkat dari keberhasilan menjamah 47 sub-distributor dan 37.556 outlet di seluruh Indonesia pada 2023.
Sementara itu, optimalisasi divisi proyek berguna untuk menjaring peluang permintaan ubin dari proyek-proyek pemerintah.
Baca Juga
"Walaupun penjualan secara umum turun, sub-distributor kami di bagian Kalimantan sudah mulai merasakan manfaat IKN, terutama Kalimantan timur yang mengalami pertumbuhan dobel digit. Maka dari itu strategi di 2024 ini adalah menghadirkan divisi proyek," tambahnya.
Pria yang juga Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) ini mengakui bahwa sektor proyek memang tidak akan mengambil porsi besar, di mana rata-rata pemain industri keramik membidik sektor ini hanya rata-rata sekitar 20%-25% dari penjualan, sementara lainnya masih didominasi jalur distribusi tradisional.
Namun, ARNA berupaya mendongkrak sektor proyek demi memanfaatkan modal kompetitif yang telah dimiliki, sebab saat ini proyek-proyek properti jumbo memiliki tren mempersyaratkan tingkat komposisi dalam negeri (TKDN) yang tinggi.
"TKDN kami di berbagai produk sudah di atas 80%. Kami juga memiliki sertifikasi industri hijau. Dua hal itu menjadi keunggulan kompetitif buat kami untuk mengakomodasi kebutuhan segmen proyek tertentu," tambah Edy.
Bergeser ke peningkatan produksi, ARNA tahun ini akan menanamkan investasi sekitar Rp300 miliar untuk membangun Plant 4C pada Plant IV Ogan Ilir, Sumatra Selatan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan di wilayah Sumatra bagian selatan.
Sebagai informasi, saat ini ARNA juga telah mengoperasikan beberapa pabrik lain yang berlokasi di Tangerang dan Serang, Banten (Plant I & II), di Gresik, Jawa Timur (Plant III), dan di Mojokerto, Jawa TImur (Plant V). Sementara Plant VI berencana dikembangkan pada 2025.
Memecah Kelesuan Pasar Keramik
Terakhir, berkaitan inovasi produk, Edy menjelaskan bahwa strategi menciptakan desain dan produk baru telah ARNA lakukan sejak awal tahun lalu demi memecah tren kelesuan pasar.
Baik untuk jenama ubin Arwana, ubin UNO, dan ubin ARNA, terdapat total penambahan 186 motif dan 345 SKU, sehingga pilihan yang lama sampai baru mencapai 1.025 motif dan 2.276 SKU.
Sementara untuk produk baru, terdapat inovasi ubin UNO Rectified 50x50 dengan 19 motif dan 34 SKU, serta ARNA Solitaire 60x60 yang memiliki 32 motif dan 43 SKU.
"Inovasi kami berhasil memecahkan kelesuan pasar, terutama untuk segmen menengah ke atas. Terbukti produksi yang ada bisa terjual habis. Terlebih, produk baru ini sesuai dengan tren kebutuhan real estat yang harganya di kisaran Rp3 miliar," jelasnya.
Adapun, inovasi-inovasi produk ubin terbaru itu merupakan salah satu buah ekspansi Plant 5C di Plant V Mojokerto, Jawa Timur yang mulai digarap sejak awal kuartal I/2023.
Produk ubin ARNA pun mampu meningkatkan kontribusi penjualan hingga 8% dari total penjualan, ketimbang sebelumnya sekitar 5%. Ubin premium ini dipatok akan berkontribusi hingga 10% pada tahun ini, kemudian tembus 15% pada 2025.
"Tidak menutup kemungkinan kami juga akan mulai cek potensi keramik ubin persegi panjang yang saat ini tengah jadi tren di skala global, di mana permintaanya banyak untuk real estate dan perkantoran," ungkap Edy.
Direktur Keuangan ARNA Rudy Sujanto menambahkan bahwa upaya inovasi dan ekspansi pada tahun lalu merupakan persiapan untuk menapaki kinerja keuangan yang lebih baik pada tahun ini.
"Strategi 2023, kami berupaya meningkatkan average selling price karena meningkatnya porsi penjualan ARNA. Tahun ini juga sama. Selain itu, biaya pembangunan Plant 5C sekitar Rp290 miliar berasal dari kas internal arwana. Sehingga total kewajiban tidak naik. Ini menjadi modal kami untuk bertumbuh tahun ini," ungkap Rudy.
Sebagai gambaran, tren lesunya pasar bahan bangunan pada 2023 telah membuat laba bersih ARNA turun 22,7% secara tahunan, tepatnya dari Rp576,21 miliar pada 2022 menjadi Rp445,29 miliar.
Selain itu, adanya tren peningkatan biaya ekspedisi, serta munculnya tambahan beban operasional pabrik baru, biaya marketing, dan biaya promosi untuk produk baru juga berpengaruh pada kinerja 2023.
Akibat belum optimalnya utilisasi Plant 5C selama 6 bulan pertama beroperasi, total tingkat utilisasi produksi ARNA juga turun dari 110% pada 2022 menjadi 92% pada 2023.
Oleh sebab itu, setelah semua upaya itu membuahkan hasil, ARNA menargetkan mampu mendongkrak laba bersih hingga 3,6% atau ke sekitar Rp461,1 miliar pada tutup tahun ini.
"Kami perkirakan semester II/2024 pertumbuhan ekonomi tumbuh baik, pembangunan juga berjalan lancar, dan goverment spending yang lebih kuat. Kami optimistis permintaan meningkat, dan kami telah siap," tutupnya.