Bisnis.com, JAKARTA – Emiten BUMN konstruksi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) mencatatkan kerugian sebesar Rp7,12 triliun sepanjang 2023. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan kerugian 2022 sebesar Rp59,59 miliar.
Menyitir laporan keuangan yang dikutip pada Selasa (2/4/2024), WIKA sejatinya mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 4,89% year-on-year (YoY) menjadi Rp22,53 triliun.
Pertumbuhan tersebut ditopang oleh segmen infrastruktur dan gedung yang mencapai Rp11,85 triliun atau meningkat 9,87% secara tahunan. Selain itu, segmen energi dan industrial plant memberikan kontribusi senilai Rp4,10 triliun, tumbuh 5,83% YoY.
Segmen selanjutnya yakni hotel mencapai Rp869,19 miliar atau naik 22,74% secara tahunan, sementara segmen realty dan property berkontribusi Rp600,4 miliar melesat 166,97% YoY.
Tercatat hanya segmen industri dan investasi yang membukukan penurunan pendapatan pada tahun lalu. Segmen industri berkontribusi Rp5,01 triliun atau melemah 11,81% YoY, sedangkan segmen investasi mencapai Rp83,86 miliar, ambles 55.97% YoY.
Sejalan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok perseroan turut meningkat 7,21% secara tahunan menjadi Rp20,66 triliun. Dengan demikian, laba kotor yang dibukukan WIKA sepanjang 2023 sebesar Rp1,86 triliun atau terkoreksi 15,45% YoY.
Baca Juga
Namun, setelah diakumulasikan dengan berbagai pendapatan dan beban lainnya, WIKA membukukan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp7,12 triliun, naik dari posisi 2022 yang mencapai Rp59,59 miliar. Rugi per saham juga naik dari Rp6,64 ke Rp794,68.
Pos yang menyebabkan rugi WIKA membengkak adalah beban keuangan yang mengalami kenaikan 133,70% YoY menjadi Rp3,2 triliun. Sementara itu, beban lain-lain tercatat mencapai Rp5,4 triliun atau melesat 310,16% secara tahunan.
Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito mengatakan 2023 menjadi tahun penuh tantangan karena perseroan melakukan restrukturisasi keuangan dan transformasi 8 stream metode penyehatan, guna mempercepat pemulihan serta fundamental.
“Sekalipun masih membukukan hasil usaha yang belum menggembirakan, namun upaya penyehatan yang berjalan beriringan dengan sejumlah langkah transformasi yaitu fokus terhadap arus kas,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (2/4/2024).
Di sisi lain, WIKA mampu memperoleh kontrak baru sebesar Rp29,25 triliun pada 2023. Dari jumlah tersebut, 93% kontrak yang digenggam perusahaan menerapkan pembayaran bulanan.
Agung juga menyatakan bahwa WIKA berkomitmen terus mengupayakan kerja sama dengan para mitra kerja. Tercermin dalam jumlah pembayaran kepada pemasok dan mitra kerja sepanjang 2023 yang tercatat mencapai Rp13,21 Triliun.
Menurutnya, catatan tersebut memberikan indikasi bahwa langkah penyehatan WIKA masih berjalan sesuai dengan yang direncanakan, dan berkat dukungan para stakeholder perseroan.
“Dukungan telah diberikan oleh lembaga keuangan dengan menyepakati MRA dengan nilai total Rp20,7 atau 100% dari nilai outstanding. Selain itu, proses rights issue WIKA juga berjalan sesuai timeline di mana diharapkan dapat terealisasi pada April 2024,” kata Agung.
Sepanjang 2023, WIKA membukukan total aset senilai Rp65,98 triliun atau menurun 12,11% YoY. Adapun liabilitas perseroan turun 2,03% secara tahunan menjadi Rp56,4 triliun, sementara ekuitas mencapai Rp9,57 triliun atau turun 45,28% YoY.
Di sisi lain, arus kas setara kas perseroan pada akhir periode Desember 2023 tercatat sebesar Rp3,23 triliun, melemah sebesar 42,98% YoY dari posisi sebelumnya yakni Rp5,66 triliun.