Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia bergerak bervariasi pada hari ini, Senin (1/4/2024) di tengah sentimen The Fed yang kurang hawkish terkait suku bunga. Bursa China melonjak, sedangkan Bursa Efek Indonesia (BEI) anjlok bersama Bursa Jepang.
Bursa Asia bergerak bervariasi hari ini. Nikkei 225 Tokyo turun 1,40%, Shanghai Composite Index naik 1,19%, Strait Times Singapura naik 0,34%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 1,15% ke posisi 7.205 pada perdagangan hari ini, Senin (1/4/2024). Seiring dengan pelemahan indeks, saham bank jumbo BBRI, BBCA dan BMRI terpantau ambles.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG ditutup turun 1,15% ke posisi 7.205. Sepanjang perdagangan indeks bergerak di rentang 7.137 hingga 7.295. Adapun indeks ditopang oleh 167 saham naik, 455 saham turun dan 167 saham stagnan.
Sebanyak 15,42 miliar saham beredar dengan nilai transaksi sebesar Rp11,16 triliun. Transaksi terjadi sebanyak 1,25 juta kali dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp11.630 triliun.
Indeks sektoral mayoritas parkir turun kecuali basic materials yang mampu menguat 0,36%. Kemudian konsumer non siklikal turun 1,01%, konsumer non siklikal sebesar 0,90%, finansial turun 2,70%, energy melemah 0,87%, infrastruktur turun 0,31%, transportasi melemah 1,57%, properti turun 0,91%, industrial melemah 0,44%, tekonologi tergerus 1,01% dan kesehatan anjlok 1,56%.
Baca Juga
Mengutip Bloomberg, pasar saham China mengalami kenaikan terbesar dalam sebulan karena tanda-tanda baru pemulihan ekonomi, sehingga menjadi titik terang ekonomi Asia.
Sementara itu, ekuitas Jepang turun setelah laporan kepercayaan di antara produsen besar di negara tersebut sedikit melemah untuk pertama kalinya dalam empat kuartal. Kontrak berjangka AS naik tipis di Asia, dengan pasar di Australia dan Hong Kong tutup karena hari libur.
Indeks CSI 300 Tiongkok melonjak sebesar 1,8%, yang terbesar sejak 29 Februari 2024, karena rebound dalam aktivitas manufaktur memperkuat harapan bahwa pemulihan ekonomi China mungkin mulai mendapatkan daya tarik.
“Optimisme yang muncul terhadap China adalah nyata. Hal ini mungkin mendapat daya tarik mengingat optimisme yang sama di negara-negara Asia yang sejalan dengan peningkatan manufaktur global,” kata Vishnu Varathan, kepala ekonom untuk Asia (kecuali Jepang) di Mizuho Bank di Singapura,” katanya.
Ekuitas global pada kuartal I/2024 naik lebih dari 18% dibandingkan dua kuartal sebelumnya, didorong oleh spekulasi penurunan suku bunga dan saham kecerdasan buatan. Tema-tema tersebut akan tetap menjadi perhatian utama investor seiring pasar memasuki periode baru.
Imbal hasil Treasury dan indeks dolar Bloomberg sedikit turun setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pada hari Jumat bahwa ukuran inflasi pilihan bank sentral “cukup sesuai dengan ekspektasi kami.” Powell menambahkan bahwa menurunkan suku bunga tidak tepat sampai para pejabat yakin inflasi terkendali. Investor bertaruh bank sentral AS akan melakukan pemotongan pertama pada bulan Juni.
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti – yang tidak termasuk biaya makanan dan energi yang berfluktuasi – naik 0,3% pada bulan Februari setelah naik pada bulan sebelumnya, menandai kenaikan terbesar berturut-turut dalam setahun. Angka tersebut naik 2,8% dari tahun sebelumnya, masih di atas target The Fed sebesar 2%.
“Ada Fed yang saat ini sangat bergantung pada data Sampai kita mendapatkan konfirmasi atau pandangan berbeda mengenai data yang akan dihasilkan, akan sulit untuk mengukur dengan tepat di mana kita akan berakhir dari perspektif kebijakan Fed,” kata Matthew Luzzetti, kepala ekonom AS di Deutsche Bank. (Fasya Kalak Muhammad)