Bisnis.com, JAKARTA – Aksi agresif PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel dalam menambah portofolio menara lewat organik dan akuisisi dapat menaikkan pendapatan dan margin.
Dalam risetnya analis Trimegah Sekuritas Indonesia, Sabrina dan Richardson Raymon mengungkapkan kinerja MTEL bakal terus menanjak berkat strategi akuisisi anorganik dalam memperluas portofolio menara dan meningkatkan rasio sewa atau tenancy ratio, terutama di luar Jawa.
“Mitratel proaktif menambah aset tower dan serat optik untuk memperluas jangkauannya, ini bertujuan meningkatkan pendapatan dan menaikkan margin,” sebut mereka pada Senin (1/4/2024).
Sabrina dan Richardson menambahkan bila manajemen Mitratel diperkirakan sedang mengejar penambahan menara secara anorganik dan semakin perluasan cakupan serat optiknya.
Adapun jumlah total menara MTEL tercatat sebanyak 38.014 menara pada 2023 sehingga mempertahankan posisi sebagai pemilik menara terbanyak di Asia Tenggara. Jumlah menara itu naik 7,3% dari tahun sebelumnya 35.418 menara, dengan 42% portofolio berada di Jawa dan 58% di luar Jawa.
Sementara itu, dari segmen kolokasi jumlah tenant juga meningkat signifikan 16,9% menjadi 19.395 tenant dari sebelumnya 16.588 tenant. Hal itu membuat tenancy ratio Mitratel meningkat menjadi 1,51 kali dibandingkan dengan tahun sebelumnya 1,47 kali.
Baca Juga
Mereka memprediksi angka rasio sewa ini bakal terus meningkat, sejalan dengan agenda besar operator telekomunikasi ke luar Jawa setelah melakukan konsolidasi. Analis BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) Niko Margonis mengungkapkan secara operasional, MTEL akan makin kuat dengan strategi akuisisi menara, peningkatan kolokasi, built to suit, dan penambahan akuisisi fiber optik.
Riset BRIDS juga melihat tren ekspansi operator telko ke luar Jawa akan menguntungkan bagi MTEL, karena rasio sewa MTEL 1,5 kali, dibandingkan dengan pesaingnya yakni PT Tower Bersama Infrasctructure Tbk. (TBIG) 1,87 kali dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) 1,81 kali.
“Operator telko selain Telkomsel ekspansi ke luar pulau Jawa, MTEL menawarkan sewa kolokasi dengan lebih banyak pilihan ketimbang pesaingnya,” kata Niko Margaronis.
Niko memberikan rekomendasi ‘overweight’ dengan rekomendasi beli pada saham MTEL dengan target harga Rp960 per saham. Sementara itu, analis sekuritas lain, Jonghoon Won dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, memberikan target harga Rp 940/saham untuk MTEL
Sebelumnya, berdasarkan laporan keuangannya, MTEL membukukan pendapatan sebesar Rp8,5 triliun pada tahun 2023. Pendapatan ini meningkat 11,20% dibandingkan tahun lalu sebesar Rp7,72 triliun.
Pendapatan ini didorong oleh pelanggan seperti dari PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel sebesar Rp4,84 triliun, dari PT Indosat Tbk. (ISAT) Rp1,69 triliun, dan PT XL Axiata Tbk. (EXCL) sebesar Rp881 miliar.
Sementara itu, berdasarkan jenisnya pendapatan ini diperoleh dari bisnis penyewaan menara atau tower leasing yang menjadi penyumbang terbesar senilai Rp7,14 triliun, atau tumbuh 12,0%. Sementara itu, pendapatan dari segmen fiber optic terus berkembang dengan menghasilkan pemasukan Rp207 miliar.
Mitratel juga mencatatkan penurunan beban operasional Rp4,96 triliun, hanya tumbuh 8,3% atau lebih rendah dari pertumbuhan pendapatan yang mencapai 11,2%. Akan tetapi, beban pokok pendapatan MTEL naik menjadi sebesar Rp4,3 triliun, tumbuh 7,46% dibandingkan tahun lalu sebesar Rp4,07 triliun.
Pada 2023, MTEL pun mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp2,01 triliun. Laba bersih ini meningkat 12,62% dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp17,8 triliun.
Pada tahun 2023, Mitratel juga berhasil menambah 2.596 menara sehingga saat ini memiliki 38.014 menara, dengan membangun menara baru (organik) dan mengakuisisi hampir 2.000 menara.
Mitratel juga tercatat menambah jangkauan fiber optic sepanjang 15.880 km selama tahun 2023. Dengan tambahan ini, total panjang fiber optic milik Mitratel mencapai 32.521 km pada akhir tahun 2023 atau tumbuh sebesar 95,4%.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko (Teddy) menjelaskan pencapaian tahun 2023 tidak lepas dari ekspansi Mitratel dalam menambah portofolio aset, terutama di luar Jawa. Strategi tersebut sejalan dengan rencana bisnis perusahaan operator seluler yang tengah menggelar ekspansi keluar Jawa, baik untuk memperluas coverage, pangsa pasar hingga meningkatkan kualitas koneksi internet di rural area.
“Di saat yang sama, kami terus mengoptimalkan aset produktif dan memperbanyak penggunaan teknologi digital dalam keseharian bisnis. Kombinasi antara pertumbuhan pendapatan, optimalisasi aset dan pengelolaan biaya membuat EBITDA Margin kami semakin baik,” kata Teddy dalam keterangan resminya, Kamis (7/3/2024).