Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah ke level Rp15.783 Akhir Pekan, Tergerus Dolar AS

Rupiah dan mata uang Asia kompak melemah pada Jumat (22/3/2024) tergerus dolar AS.
Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.783 di hadapan dolar AS pada perdagangan akhir pekan, Jumat (22/3/2024). Pelemahan rupiah sejalan dengan mayoritas mata uang Asia lainnya, namun dolar AS perkasa pagi ini. 

Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.00 WIB, mata uang rupiah parkir melemah 0,73% atau 114,5 poin ke level Rp15.783 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau naik 0,28% ke posisi 104,3 

Mata uang kawasan Asia lainnya terpantau melemah terhadap dolar AS sore ini, misalnya dolar Singapura turun 0,32%, dolar Taiwan melemah 0,31%, won Korea ambles 1,21%, yuan China melemah 0,40%.

Selanjutnya, ringgit Malaysia turun 0,49%, baht Thailand melemah 0,29%, dan peso Filipina melemah 0,44%. Hanya yen Jepang dan dolar Hongkong yang masih kebal terhadap dolar AS masing-masing menguat 0,13% dan 0,04%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat pada level tertingginya dalam 3 minggu karena penurunan suku bunga Swiss National Bank (SNB) membayangi prospek The Fed. Kedua indikator dolar melonjak pada Kamis setelah SNB secara tak terduga memangkas suku bunga 25 bps ke level 1,50%.

Lebih lanjut dia mengatakan, penentu suku bunga Bank of England (BoE) memberikan suara 8-1 untuk mempertahankan biaya pinjaman pada level tertinggi dalam 16 tahun sebesar 5,25% karena dua pejabat yang sebelumnya menyerukan suku bunga lebih tinggi mengubah sikap mereka. 

Sementara itu, Bank Sentral AS The Fed secara tajam meningkatkan prospek pertumbuhannya pada 2024. Meskipun bank sentral diperkirakan masih akan mulai menurunkan suku bunga pada Juni 2024, sikapnya yang relatif hawkish, dibandingkan dengan bank sentral lainnya, diperkirakan akan menguntungkan dolar AS.

Di lain sisi, katanya, para pejabat tinggi People's Bank of China (PBOC) mengisyaratkan bahwa mereka masih memiliki lebih banyak ruang untuk memotong rasio persyaratan cadangan bank, yang akan membuka lebih banyak likuiditas dalam perekonomian. 

"Namun langkah seperti itu menjadi pertanda buruk bagi perekonomian China dan adanya potensi sanksi AS yang lebih besar," ujar Ibrahim dalam riset Jumat (22/3/2024).

Sementara itu dari sentimen dalam negeri, kegiatan investasi pasca-Pemilu 2024 sudah mulai meningkat dan investor sudah tak lagi wait and see, terutama pada perusahaan-perusahaan yang mempunyai suatu kegiatan ekonomi, kegiatan bisnis yang terus meningkat, dan penjualan mulai tinggi.

Selain itu, Ibrahim mengatakan sektor ekspor yang berkaitan dengan hilirisasi maupun minerba juga terus meningkat. Sehingga, pertumbuhan ekonomi 2024 diyakini masih  di rentang 4,7%-5,5% atau titik tengahnya di 5,1%.

"Untuk perdagangan Senin pekan depan, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp15.770 hingga Rp15.850," pungkas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper