Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Dibuka Merah ke Rp15.712, Ikut Indeks Dolar AS

Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp15.712 pada perdagangan awal pekan, Senin (4/3/2024). Pelemahan rupiah mengekor indeks dolar AS.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp15.712 pada perdagangan awal pekan, Senin (4/3/2024). Pelemahan rupiah mengekor indeks dolar AS yang turun tipis pada perdagangan pagi ini. 

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah dibuka turun 0,05% atau 8 poin ke posisi Rp15.712 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar terpantau melemah tipis 0,03 poin ke posisi 103,82.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang turun 0,03%, dolar Singapura melemah 0,04%, peso Filipina melemah 0,02%, dan yuan China turun 0,02%.

Kemudian baht Thailand naik 0,12%, ringgit Malaysia naik 0,39%, rupee India menguat 0,01%, won Korea naik 0,31% dan dolar Taiwan menanjak 0,14%.

Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan [ada perdagangan Senin, (4/3/2024) mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.690 - Rp15.740 per dolar AS.

Ibrahim menjelaskan rupiah bergerak dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya inflasi Februari Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2024 inflasi sebesar 0,37% secara bulanan (mtm) dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,58. 

Sedangkan, tingkat inflasi tahun ke tahun (yoy) tercatat 2,75% dan tingkat inflasi tahun kalender (Februari 2024 terhadap Desember 2023) sebesar 0,4%.

Tingkat inflasi bulanan Februari 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama di tahun lalu. Penyumbang inflasi terbesar pada Januari 2024 berdasarkan kelompok pengeluaran adalah makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,00% mtm dengan andil 0,29%.

Sementara itu, dari luar negeri, data PCE menempatkan penurunan suku bunga di bulan Juni sebagai fokus, namun risiko tetap ada Data indeks harga PCE ukuran inflasi pilihan The Fed  turun seperti yang diharapkan pada bulan Januari, data menunjukkan pada hari Kamis. 

Angka tersebut memicu harapan bahwa inflasi akan turun dalam beberapa bulan mendatang dan memberikan dorongan yang cukup bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga pada bulan Juni. Namun alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang hanya sedikit meningkatkan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga pada bulan Juni, sementara pertaruhan untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil. 

Sejumlah pejabat Fed juga memperingatkan bahwa inflasi yang tinggi akan membuat bank sentral tidak terburu-buru untuk mulai melonggarkan kebijakannya yang menunjukkan bahwa kenaikan inflasi di masa depan kemungkinan akan mengurangi prospek penurunan suku bunga di bulan Juni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper