Bisnis.com, JAKARTA - Performa pasar saham yang ditunjukkan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada bulan Maret 2024 berpeluang menguat seiring dengan sentimen putusan dividen sejumlah emiten. Dividen tersebut dapat menjadi THR tambahan bagi pemegang saham.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) misalnya pekan lalu melalui rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) telah memutuskan mengaloksikan 80% laba tahun buku 2023 atau sebesar Rp48,1 triliun untuk dividen tunai.
PT Bank Mega Tbk. (MEGA) juga memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp2,45 trilliun atau 70% dari laba bersih tahun buku 2023 senilai Rp3,51 triliun. Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) atau BCA dijadwalkan akan menggelar RUPST pada Kamis, 14 Maret 2024.
"Kami melihat pada bulan Maret 2024 ini ada potensi IHSG untuk menguat, mengingat pada bulan Maret juga adanya pembagian dividen, terlebih pada sektor perbankan yang akan melakukan RUPS pada bulan ini," ujar Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis Setyo Wibowo kepada Bisnis, Jumat (1/3/2024).
Di lain sisi, menurutnya mobilitas masyarakat yang meningkat pada bulan puasa Ramadan bisa mempengaruhi saham-saham yang terkait seperti pada saham sektor konsumer, ritel, dan infrastruktur tol seperti Jasa Marga (JSMR).
"Sentimen dari sisi domestik lebih ke pembagian dividen dan juga memperhatikan data-data ekonomi RI yang rilis. Sedangkan dari sisi global pelaku pasar masih berfokus pada geopolitik yang masih memanas seperti di Timur Tengah dan sanksi AS terhadap Rusia," katanya.
Selain itu, beberapa faktor global yang berisiko akan berdampak ke IHSG yaitu adanya inflasi AS dan proyeksi suku bunga The Fed, serta masih melambatnya aktivitas ekonomi di China yang menjadi perhatian pelaku pasar.
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project, William Hartanto menambahkan, proyeksi IHSG bulan Maret 2024 berpeluang menguat, namun ada potensi tekanan jual sekitar dua pekan karena aksi profit taking.
"Untuk support IHSG berada 7.254, dan resistance pada 7.403 atau all time high," ujar William.
Menurut William, tidak ada sentimen yang signifikan memengaruhi IHSG. Namun, ada kemungkinan perpindahan arus dana pelaku pasar ke instrumen lain yang saat ini relatif lebih menguntungkan yaitu kripto.
"Jadi berdasarkan kondisi tersebut diperkirakan IHSG akan kena efeknya yaitu nilai transaksi menurun," pungkas William. Adapun, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat nilai transaksi harian saham di kisaran Rp10,66 triliun.
IHSG ditutup melemah 0,06% atau 4,2 poin ke level 7.311,90 pada perdagangan Jumat (1/3/2024) setelah rilis data inflasi. Saham TLKM, BBCA, dan BBNI menjadi saham berkapitalisasi pasar besar yang turun ke zona merah.
Efek Ramadan ke IHSG
IHSG diprediksi masih akan melanjutkan penguatan pada kuartal II/2024 ditopang oleh momentum Ramadan penetapan hasil real count Pemilu 2024.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan secara historis dalam 15 tahun terakhir, IHSG berada di teritori positif saat periode Maret-April. IHSG tahun ini juga akan semakin terapresiasi dengan adanya momentum lebaran.
“Memang IHSG ini cenderung menguat, jadi nanti kalau misalkan kita menghadapi bulan suci Ramadan maupun juga periode lebaran, IHSG bisa terapresiasi,” kata Nafan kepada Bisnis, Sabtu (2/3/2024).
Sentimen positif datang dari adanya peningkatan daya beli masyarakat yang berhubungan dengan momentum tersebut. Nafan menjelaskan pula, kinerja GDP Indonesia juga cenderung lebih besar pada kuartal II dibandingkan dengan kuartal I. Kemudian, inflasi Indonesia juga disebut masih stabil meski diprediksi akan naik di rentang 2,5% plus minus 1%.
Selain itu, KPU yang akan menetapkan pemenang dari real count pada 20 Maret mendatang juga akan menjadi sentimen positif. Hal tersebut akan membuat kepastian bagi para pelaku pasar.
Nafan menyebutkan ekspektasi pasar soal kebijakan suku bunga The Fed juga akan mendorong IHSG di posisi hijau. Potensi penurunan suku bunga pada semester II/2024 masih terbuka lebar.
Sepanjang kuartal II/2024, sektor yang menarik untuk dicermati adalah finansial, konsumer siklikal dan non siklikal, energi, transportasi, healthcare, dan industrial. Sementara sektor yang dihindari adalah teknologi dan basic materials.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.