Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah dan Mata Uang Asia Perkasa, Dolar AS Lesu

Rupiah dibuka menguat ke level Rp15.713 per dolar AS pada perdagangan Rabu, (7/2/2024). Sementara itu indeks dolar AS malah lesu.
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat ke level Rp15.713 per dolar AS pada perdagangan Rabu, (7/2/2024). Di lain sisi, sederet mata uang Asia juga terpantau menguat, sedangkan dolar AS malah lesu.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.10 WIB, rupiah dibuka menguat 0,11% atau 17 poin ke level Rp15.713 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau melemah 0,12% ke posisi 104,09 pada pagi ini.

Mayoritas mata uang kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS, misalnya, yen Jepang naik 0,06%, dolar Singapura menguat 0,13%, dolar Taiwan menguat 0,01%, won Korea naik 0,22%, dan peso Filipina naik 0,21%.

Selanjutnya, yuan China naik 0,06%, baht Thailand naik 0,25%, ringgit Malaysia naik 0,10%, dan rupee India naik 0,01%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan Institute for Supply Management (ISM) mencatat pertumbuhan sektor jasa AS meningkat pada Januari 2024 karena peningkatan pesanan baru dan pemulihan lapangan kerja. Hal ini menunjukkan momentum pertumbuhan ekonomi dari kuartal IV/2023 meluas ke tahun 2024.

PMI non-manufaktur ISM AS meningkat menjadi 53,4 dari 50,5 pada Desember 2023, lebih tinggi dari perkiraan ekonom yang disurvei oleh Reuters sebesar 52,0. Angka di atas 50 menunjukkan pertumbuhan di industri jasa, yang menggerakkan lebih dari dua pertiga perekonomian.

"Data tersebut menambah laporan ketenagakerjaan AS yang dirilis pada hari Jumat yang jauh melebihi ekspektasi dan memaksa pasar untuk menyesuaikan kembali prospek penurunan suku bunga, kekuatan dolar, dan seberapa tinggi imbal hasil treasury meningkatkan mata uang AS," ujar Ibrahim dalam riset Selasa, (6/2/2024).

Adapun sebelumnya, pada Jumat lalu, data non-farm payrolls (NFP) menunjukkan, pengusaha di AS menambahkan 353.000 pekerjaan pada bulan Januari 2024, mengalahkan perkiraan ekonom sebanyak 180.000 pekerjaan.

Ibrahim mengatakan, pasar mulai memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga lebih awal oleh The Fed. Suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama mengurangi daya tarik aset-aset yang berorientasi pada risiko dan memberikan imbal hasil tinggi, dan juga membatasi aliran modal asing ke pasar regional.

Alat CME Fedwatch menunjukkan 83% peluang The Fed akan mempertahankan suku bunga stabil pada Maret 2024, dan 35% kemungkinan The Fed akan mempertahankan suku bunga stabil di bulan Mei, naik secara substansial dari peluang 9,9% yang terlihat pada minggu lalu.

Dari sentimen dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk keseluruhan tahun 2023 sebesar 5,05% year-on-year (yoy) pada Senin, (5/2/2024). Namun, pertumbuhan ekonomi tahun 2023 ini melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 di angka 5,31%.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.710-Rp15.770," pungkas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper