Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp15.740 di hadapan dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa, (6/2/2024). Pelemahan rupiah terjadi meskipun kemarin rilis data Produk Domestik Bruto atau PDB Indonesia periode 2023 tumbuh sebesar 5,05% cukup positif.
Mengutip data Bloomberg pukul 09.05 WIB, mata uang rupiah dibuka melemah 0,20% atau 32 poin ke level Rp15.740 per ddolar AS. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau turun 0,06% ke posisi 104,38 pagi ini. Sebelumnya dolar AS melonjak ke level tertinggi sejak November 2023.
Sementara itu, sederet mata uang Asia masih kebal terhadap dolar AS. Misalnya, yen Jepang naik 0,09%, dolar Singapura menguat 0,08%, dolar Taiwan menguat 0,10%, yuan China naik 0,02%.
Kemudian, baht Thailand menguat 0,12%, peso Filipina menguat tipis 0,01%, dan dolar Hongkong stagnan. Sedangkan mata uang yang melemah terhadap dolar AS yaitu ringgit Malaysia dan rupee India masing-masing turun 0,22% dan 0,17%.
Analis Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong mengatakan pertumbuhan ekonomi RI yang relatif tinggi disaat tingkat suku bunga yang tinggi dapat membantu sentimen rupiah. Namun, sentimen itu bukan menjadi faktor utama.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk keseluruhan tahun 2023 sebesar 5,05% year-on-year (yoy) pada Senin, (5/2/2024). Namun, pertumbuhan ekonomi tahun 2023 ini melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 di angka 5,31%.
Baca Juga
"Pekan ini rupiah diperkirakan masih akan tertekan, selain oleh penguatan dolar AS, juga kekhawatiran menjelang Pilpres 2024. Prediksi range rupiah di Rp15.650-Rp15.850," ujar Lukman kepada Bisnis, Senin, (5/2/2024).
Menurutnya, sentimen eksternal saat ini yang paling berpengaruh terhadap rupiah, yaitu prospek suku bunga bank sentral dunia terutama The Fed. Pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar pada Kamis (31/1/2024) waktu AS, The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25%-5,5%.
Setelah pertemuan FOMC tersebut, pelaku pasar saat ini memperkirakan bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga acuannya pada Mei 2024.
Sementara itu, data non-farm payrolls (NFP) menunjukkan, pengusaha di AS menambahkan 353.000 pekerjaan pada bulan Januari 2024, mengalahkan perkiraan ekonom sebanyak 180.000 pekerjaan.
Dari sentimen dalam negeri, data inflasi Indonesia bulan Januari cenderung stabil. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Januari 2024 sebesar 0,04% secara bulanan. Secara tahunan, inflasi Indonesia pada Januari 2024 mencapai 2,57% year-on-year (yoy).
"Dari dalam negeri adalah data perdagangan, ekspor impor dan neraca perdagangan. Tingkat inflasi tidak akan terlalu berperan saat ini karena kebijakan suku bunga oleh BI saat ini adalah mencegah volatilitas dan pelemahan rupiah," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, sentimen lain untuk rupiah adalah pertumbuhan ekonomi global terutama China. Pasalnya, data-data AS dan China adalah faktor eksternal yang saat ini paling mempengaruhi nilai rupiah.
"Ekonomi global tahun ini diperkirakan akan lebih lamban, namun revisi oleh IMF [International Monetary Fund] memberikan sedikit harapan," pungkas Lukman.