Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi menguat pada pekan depan, lantaran terpengaruh oleh sejumlah sentimen.
Pelemahan dolar AS akibat keputusan The Fed yang menahan suku bunga dan rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia berpeluang menjadi sentimen yang memengaruhi nilai rupiah pekan depan.
Pada perdagangan akhir pekan, Jumat (2/2/2024), rupiah ditutup menguat 0,66% ke Rp15.660 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,03% ke 103,01.
Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjendra mengatakan, ekspektasi terhadap kebijakan pemangkasan suku bunga The Fed masih menjadi faktor utama pergerakan rupiah terhadap dolar AS.
Pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar pada Kamis (31/1/2024) waktu AS, The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25%-5,5%. Gubernur The Fed, Jerome Powell tidak mengungkapkan soal kenaikan suku bunga acuan, tetapi lebih ke arah waktu pemangkasan suku bunga.
"Pelaku pasar menangkap bahwa pada akhirnya tahun ini suku bunga acuan AS akan turun sehingga pelaku pasar melakukan antisipasi yang membuat dolar AS melemah," ujar Ariston kepada Bisnis, dikutip Minggu, (4/2/2024).
Baca Juga
Menurut CME Fed Watch Tool, para pelaku pasar kini memperkirakan peluang penurunan suku bunga AS sebesar 70% di bulan Mei 2024, dibandingkan dengan 92% sebelum data dirilis.
Sementara itu, data non-farm payrolls (NFP) menunjukkan, pengusaha di AS menambahkan 353.000 pekerjaan pada bulan Januari 2024, mengalahkan perkiraan ekonom sebanyak 180.000 pekerjaan.
Menurut Ariston, penguatan rupiah juga didukung oleh data inflasi dalam negeri bulan Januari yang stabil. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Januari 2024 sebesar 0,04% secara bulanan. Secara tahunan, inflasi Indonesia pada Januari 2024 mencapai 2,57% year-on-year (yoy).
Namun demikian, pelaku pasar akan terus memantau perkembangan data ekonomi AS yang bisa mengubah ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga acuan AS ke depan.
Dia mengatakan, pada pekan depan, data PMI sektor jasa AS juga akan menjadi pertimbangan pelaku pasar. Selain itu, pasar juga perlu memperhatikan perkembangan konflik geopolitik yang bisa sewaktu-waktu kembali memanas.
Adapun, nilai tukar rupiah pekan depan juga dipengaruhi sentimen rilis data ekonomi Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2023 dan keseluruhan 2023 pada Senin (5/2/2024).
"Dari dalam negeri, pasar akan melihat data PDB kuartal IV/2023. Bila masih di atas 5%, ini bisa menjadi sentimen positif untuk rupiah. Pekan depan rentang pergerakan rupiah di level Rp15.540-Rp15.780," pungkas Ariston.