Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akhir Pekan Rupiah Ditutup Menguat ke Rp15.660, Dolar AS Loyo

Rupiah menguat ke level Rp15.660 pada perdagangan akhir pekan hari ini, Jumat (2/2/2024). Adapun indeks dolar AS terpantau melemah 0,03% ke level 103,01.
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat ke level Rp15.660 pada perdagangan akhir pekan hari ini, Jumat (2/2/2024). Rupiah menguat bersama mayoritas mata uang Asia lainnya.

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,66% ke Rp15.660 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,03% ke 103,01.

Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia ditutup bervariasi. Yen Jepang turun 0,10%, dolar Singapura naik 0,07%, dolar Taiwan naik 0,32%, won Korea Selatan naik 0,73%, dan peso Filipina naik 0,34%.

Kemudian rupee India naik 0,14%, yuan China menguat 0,01%, ringgit Malaysia naik 0,15%, dan baht Thailand naik 0,14%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan sentimen datang dari Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga tetap stabil dan menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Maret.

Namun, Ketua Fed Jerome Powell memberikan catatan yang agak optimis terhadap perekonomian AS. Hal tersebut mendorong investor untuk beralih ke aset-aset yang berbasis risiko, meskipun ada prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Pasar juga menantikan penurunan suku bunga pada bulan Mei seiring pendekatan nonfarm payrolls. Para trader mulai memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan Mei.

CME Fedwatch Tool juga menunjukkan para trader yang memperkirakan peluang penurunan suku bunga di bulan Mei lebih dari 60%. Analis juga memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga setidaknya empat kali lagi setelah bulan Mei.

Meskipun skenario seperti ini menjadi pertanda baik bagi mata uang Asia yang didorong oleh risiko, The Fed belum memberikan indikasi bahwa mereka akan memangkas suku bunga secara besar-besaran pada tahun 2024.

The Fed menegaskan kembali rencana mereka untuk menurunkan suku bunga sebagian besar akan ditentukan oleh inflasi. Data nonfarm payrolls diperkirakan akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai pasar tenaga kerja.

The Fed juga menyebutkan melemahnya pasar tenaga kerja sebagai salah satu faktor utama yang mendorong penurunan suku bunga.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia menyatakan bahwa ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di dunia pada 2023 dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5%. Hal itu disertai dengan inflasi sebesar 2,61% atau salah satu yang terendah di dunia.

BI memprediksi gelombang ekonomi global pada 2024 dan 2025 akan lebih rendah dari 2023 atau 2022. Salah satu faktor yang dapat mendorong dinamika ekonomi global tahun ini ialah kontestasi pemilihan umum (pemilu) yang terjadi di 54 negara pada 2024.

Selain itu, BI juga optimistis Fed Fund Rate akan mulai mengalami penurunan sebesar 75 basis poin pada semester kedua 2024. Begitu pun dengan melemahnya dolar AS yang juga akan mulai terjadi saat memasuki semester II/2024.

Adapun untuk perdagangan Senin depan, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah dibuka fluktuatif, tetapi ditutup menguat di rentang  Rp15.610-Rp15.700.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper