Bisnis.com, JAKARTA - Manajer Investasi menanggapi soal rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tengah mengkaji penerapan evaluasi indeks utama seperti LQ45 dilakukan setiap tiga bulan sekali. Terbaru, BEI telah melakukan evaluasi mayor terhadap konstituen indeks LQ45 periode 1 Februari hingga 31 Juli 2024, atau periode 6 bulan.
Rencana tersebut mengacu kepada lembaga riset internasional Morgan Stanley Capital International (MSCI) yang melakukan evaluasi mayor setiap 3 bulan sekali, maka BEI juga tengah mempertimbangkan untuk mengevaluasi mayor sebanyak 3 bulan sekali.
CEO Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana mengatakan, jika BEI melakukan rebalancing indeks setiap tiga bulan sekali, maka akan menambah biaya transaksi bagi manajer investasi. Pasalnya, manajer investasi mengelola reksa dana saham dengan underlying indeks yang ada di BEI seperti LQ45, IDX30, dan lain-lain.
"Jujur akan menambah biaya sih, karena tiap kali rebalancing kan kami harus transaksi, buat transaksi itu ada cost kan, biaya broker dan juga biaya di BEI," ujar Jemmy dalam acara peluncuran reksa dana di Jakarta pada Selasa, (30/1/2024).
Alhasil, Jemmy mengatakan pihaknya akan lebih senang jika BEI tidak melakukan evaluasi mayor indeks saham terlalu sering, agar tidak menambah cost bagi perusahaan.
“Jadi buat kami sih lebih senang kalau tidak terlalu sering [rebalancing] gitu ya, intinya kalau tiap tiga bulan secara cost-benefit kami dirugikan sih," jelasnya.
Baca Juga
Di lain sisi, Head of Investment Specialist Sinarmas AM Domingus Sinarta Ginting mengatakan, jika BEI melakukan rebalancing indeks LQ45 lebih sering tidak akan berdampak signifikan terhadap cost atau biaya pengelolaan reksa dana saham perusahaan.
"Berdasarkan perhitungan kami, rebalancing yang lebih sering tidak akan berdampak signifikan pada cost pengelolaan, mengingat tingkat turnover reksa dana indeks di Industri rata-rata hanya mencapai 20% hingga 30%," ujar Domingus kepada Bisnis, dikutip Minggu, (4/2/2024).
Lebih lanjut Domingus mengatakan, tanpa perubahan metodologi perhitungan indeks secara signifikan, Sinarmas AM memperkirakan perubahan bobot dan konstituen indeks LQ45 tidak akan terlalu besar dan hanya sedikit mempengaruhi simpangan turnover hingga 5%.
Menurutnya, prospek dari LQ45 tetap cerah seiring dengan pertumbuhan pasar secara keseluruhan. Pasalnya, bobot saham LQ45 di IHSG mencapai 64% sehingga LQ45 dapat dikatakan merepresentasikan mayoritas penggerak IHSG.
"Kami memperkirakan laba emiten secara keseluruhan masih cukup kuat dengan pertumbuhan 8% hingga 10% pada tahun ini," pungkas Domingus.
Adapun per 1 Februari 2024, ada 4 saham pendatang baru LQ45 yaitu PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) dan PT Mitra Pack Tbk. (PTMP).
Diberitakan sebelumnya, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan Bursa sudah dua tahun ini tidak memperbarui prosedur dan manual penyaringan saham-saham yang berhak masuk ke indeks LQ45. Bursa akan sangat terbuka untuk melakukan evaluasi prosedur penyaringan LQ45 tersebut, bahkan evaluasi mayor tiga bulan sekali.
"Kami sangat terbuka kalau evaluasi mayor itu tidak dilakukan 6 bulan sekali, bisa kami lakukan lebih sering," ujar Jeffrey di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (29/1/2024).