Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah bank asing telah menjual lini bisnis konsumer mereka di Indonesia. Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) Taswin Zakaria menyebut pasar konsumer di Indonesia masih menjanjikan, termasuk bagi Maybank Indonesia.
Taswin menilai segmen pasar consumer banking erat kaitannya dengan keberadaan historis suatu bank. "Maka, kalau soal historis, tentunya bank-bank lokal yang sudah lebih lama di Indonesia dan sudah terbiasa jadi bagian masyarakat jauh lebih dikenal," katanya dalam konferensi pers Maybank Marathon 2024 pada Kamis (25/1/2024).
Adapun, bagi bank asing, apalagi bank asing yang masih baru, menurutnya tidak terlalu dekat dengan segmen tersebut. "Jadi segmen yang dimasuki [bank asing] terbatas. Segmen yang disasar menengah ke atas. Menengah ke bawah sudah mengakar," tuturnya.
Sementara itu, bagi Maybank Indonesia segmen konsumer di Indonesia merupakan pasar yang menjanjikan. Dari sisi portofolio kredit, segmen ritel konsumer ini mendominasi.
Hingga kuartal III/2023, Maybank Indonesia mencatatkan portofolio kredit Rp112,4 triliun. Segmen community financial services (CFS) retail menyumbang Rp42,8 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 13,3% secara tahunan (year on year/yoy).
Secara rinci, kredit kendaraan bermotor yang disalurkan Maybank Indonesia mencapai Rp22,7 triliun, naik 23,9% yoy. Kredit hunian mencapai Rp16 triliun. Lalu, kartu kredit dan personal loan mencapai Rp3,4 triliun, naik 21,5% yoy.
Baca Juga
"Bisnis konsumer banking tidak hanya pertofolionya saja yang besar, tapi pertumbuhannya juga besar," tutur Taswin.
Apalagi, Maybank Indonesia mendapatkan dukungan dari anak usahanya yakni PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. (WOMF) atau WOM Finance dan PT. Maybank Indonesia Finance (Maybank Finance) dalam menyalurkan kredit konsumer.
Taswin mengatakan pada tahun ini, pasar konsumer di Indonesia juga akan menjanjikan. "End user atau end consumer masih akan tumbuh. Mungkin tahun ini karena ada pesta demokrasi sedikit memengaruhi sentimen pasar konsumer, juga di ekonomi. Akan tetapi, kita melihat dalam suasana seperti itu, segmen konsumer ini tetap kuat dan resilien di Indonesia," jelas Taswin.
Sebagaimana diketahui, sejumlah bank asing tercatat telah melepas lini bisnis konsumer tersebut di Indonesia pada akhir 2023. Citibank N.A. Indonesia (Citi Indonesia) menjual lini bisnis consumer banking mereka di Indonesia kepada PT Bank UOB Indonesia.
Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) telah menuntaskan penjualan dan pengalihan sejumlah portofolio bisnis konsumernya seperti kartu kredit hingga kredit pemilikan rumah (KPR) ke PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).
Pada 2018, PT Bank ANZ Indonesia juga telah melepas divisi retail mereka ke PT Bank DBS Indonesia.
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi dan Perbankan Binus University Doddy Ariefianto mengatakan di balik penjualan lini bisnis bank-bank asing itu, kinerja bank asing di Tanah Air memang kalah saing dengan bank lokal.
Sejumlah lini bisnis, seperti konsumer juga sulit dikembangkan oleh bank asing di dalam negeri. "Di bisnis KPR [kredit pemilikan rumah] misalnya, banyak bank lokal yang punya produknya. Di bisnis kartu kredit, persaingannya sekarang ditambah oleh paylater," kata Dody.
CEO Citi Indonesia Batara Sianturi juga telah mengatakan alasan bank asing seperti Citibank memilih menjual sejumlah lini bisnisnya di Indonesia adalah untuk fokus pada lini bisnis lainnya yang prospektif. Khusus bisnis konsumer, ia menilai pasar yang bisa diraup bank asing terlalu kecil.
Selain itu, dia menyebutkan bank asing kalah saing dengan pemain lokal. “Bagi bank global, bisnis konsumer biasanya hanya besar di home country,” kata Batara saat kunjungannya ke Wisma Bisnis Indonesia pada akhir tahun lalu (27/9/2023).